Saudara dipilih, bukan di lotre
Meski kami tak kenal siapa saudara
Kami tak sudi memilih para juara
Juara diam, juara he'eh, juara ha ha haa..
(Surat Buat Wakil Rakyat by Iwan Fals)
Pesta lima tahunan diadakan kembali. 9 April 2014 ini pun jadi hari yang paling menentukan. Kebijakan-kebijakan pemerintahan dan kesejahteraan rakyat lima tahun ke depannya akan ditentukan oleh siapa wakil rakyat yang kita pilih. Setelah beberapa pekan masa kampanye dengan begitu banyak poster yang nongkrong di pohon layaknya kuntilanak, dan yang banyak nempel di tiang listrik layaknya iklan sedot wc, akhirnya kita memasuki masa tenang. Tapi poster caleg sekarang emang makin kreatif dan menarik sih, itu sebabnya meskipun udah masuk masa tenang tetap masih banyak aja yang gak rela buat mencopotnya. Kita seharusnya memikirkan perasaan kuntilanak, kasihan mereka.. Bisa gawat kalo mereka marah dan gantian pengen nyaleg, mereka bakal gantian nempelin posternya di muka para caleg. Satu sama..
Jadi anggota dewan memang suatu kehormatan dan sangat diimpi-impikan setiap orang (yang nyalon). Nyalon disini maksudnya nyalon beneran, bukan nyalon yang di salon. Sebagai contoh, sebut saja si Komo (memang nama sebenarnya). Dahulu pria yang akrab disapa Kokom ini hanyalah butiran debu, namun semenjak jadi anggota dewan, sekarang ia menjadi debu vulkanik #lha.
Makin lama makin aneh-aneh pula latar belakang para calon. Ada yang memang sudah pernah terpilih sebelumnya dan mau nyalon lagi, maupun yang baru pertama kali mencalonkan diri. Ada yang datang ke paranormal maupun melakukan ritual-ritual tertentu. Ada yang siap menang gak siap kalah. Lebih terpuji lagi kalau mereka siap kalah, karena terpilih itu adalah suatu cobaan sebab dibaliknya ada tanggung jawab dan amanah besar yang menanti. Karena itu kita sebagai pemilih harus cerdas dan kritis dalam memilih. Kalau bisa lebih kritis lagi dari kondisi caleg gagal yang sakit jiwa. Dan, jangan sampai mudah percaya dengan calon yang tiba-tiba berbuat baik sekali kepada kita. Seperti kata peribahasa, bisa jadi itu ada udang dibalik tepung.
Jadi caleg pun sebenarnya ada banyak manfaatnya. Selain menjadi wakil rakyat kita, dengan nyaleg akan mengurangi tingkat pengangguran (kalau terpilih). Meningkatkan penghasilan pengusaha cetak poster dan baliho serta berbagai kebaikan mereka yang lain bagi masyarakat saat kampanye. Namun sayang masih banyak praktik massa bayaran dalam kampanye yang sangat menggangu ketertiban umum. Cukup dengan mengalokasikan tiga puluh ribu sampai lima puluh ribuan per massa, sudah bisa menarik orang lain dengan hiburan panggung dangdut koplo, kaos berwarna-warni (hari ini pake merah, besok kuning, lusa biru), dapat makan siang, rokok serta uang bensin supaya bisa ngegas motornya dengan kencang sambil konvoi keliling kota bawa atribut partai. Dan layaknya rendang buatan emak, sulit bagi massa bayaran untuk melewatkan salah satu rasa terbaik dunia ini.
Kalau jadi caleg dengan tujuan hanya untuk mencari pekerjaan atau memperkaya diri, mending gak usah nyaleg sekalian deh. Cuma akan mementingkan kepentingan pribadi saja pada akhirnya. Apalagi cuma untuk mendapat kekuasaan semata. Jadi pemimpin itu artinya menjadi pelayan, pelayan masyarakat dan abdi negara. Jadi calon pemimpin juga seharusnya orang yang memang punya niat tulus untuk kesejahteraan rakyatnya, bukan diri sendiri. Terkadang saya juga heran banyak sekali calon dengan latar belakang yang tidak meyakinkan. Menyerahi orang untuk mengurus urusan negara mana mungkin ke sembarang orang. Mana mau kita dipimpin oleh orang yang bahkan tidak lebih pintar, tidak lebih jujur, dan tidak lebih bijak dari kita. Memilih orang yang salah hanya akan menambah generasi penerus koruptor lainnya.
Kalau jadi caleg dengan tujuan hanya untuk mencari pekerjaan atau memperkaya diri, mending gak usah nyaleg sekalian deh. Cuma akan mementingkan kepentingan pribadi saja pada akhirnya. Apalagi cuma untuk mendapat kekuasaan semata. Jadi pemimpin itu artinya menjadi pelayan, pelayan masyarakat dan abdi negara. Jadi calon pemimpin juga seharusnya orang yang memang punya niat tulus untuk kesejahteraan rakyatnya, bukan diri sendiri. Terkadang saya juga heran banyak sekali calon dengan latar belakang yang tidak meyakinkan. Menyerahi orang untuk mengurus urusan negara mana mungkin ke sembarang orang. Mana mau kita dipimpin oleh orang yang bahkan tidak lebih pintar, tidak lebih jujur, dan tidak lebih bijak dari kita. Memilih orang yang salah hanya akan menambah generasi penerus koruptor lainnya.
Meraih kursi parlemen layaknya di persimpangan jalan. Di satu sisi mengarah pada kursi dewan terhormat, di sisi lainnya mengarah pada kursi pesakitan kumat. Hal ini sering terjadi bagi mereka yang tidak siap kalah, khususnya bagi calon yang bermodal pas-pasan, dan itupun harus ngutang sana-sini. Belum terpilih aja sudah habis banyak uang, setelah pemilihan masih harus mikirin biaya perawatan VIP di RSJ khusus caleg gagal. Eh, emangnya bisa mikir? kan lagi gila.. Yang harusnya dipertanyakan, bagaimana bisa mereka menyejahterakan masyarakat, kalau mereka sendiri bahkan belum sejahtera? Karena itu, mereka yang mentalnya lemah dan tidak siap kalah memang sudah tepat sebaiknya tidak terpilih. Jadi pemimpin bukan perkara mudah. Butuh mental yang jauh lebih besar dari sekedar siap kalah dan siap menang.
Metode cara memilih juga sudah beda dengan yang sebelumnya. Dulu dengan contreng, sekarang dengan coblos. Kenapa kita harus nyoblos? Karena sesungguhnya pria yang jago mencoblos itu salah satu tanda pria perkasa. Eh bukan itu ding..!! Jangan tanya saya, saya bukan pria perkasa!. Ya pokoknya cara memilihnya dicoblos gitu aja, pilih coblos celup. Setelah coblos kita juga harus mencelupkan jari kita yang paling imut dan unyu ke dalam tinta (sebut saja kelingking). Dan jangan lupa perhatikan, sudah jadi kebiasaan alay yang mudah ditebak jika nanti banyak abege pemilih pemula yang memfoto jarinya yang udah dicelup buat di upload ke sosial media, mau coba? Alay lu..
"Situ perkasa? coblos aye dulu dong bang.. untuk lima tahun kedepan lebih baik!" Njir, gak enak banget kedengerannya kalo kalimat kampanye kayak gini. Ah sudahlah...
Namun, dari sekian banyak stigma negatif yang ada tentang calon wakil rakyat, masih banyak calon lainnya yang pantas dan layak kita pilih jadi pemimpin. Terkadang kita hanya fokus pada keburukan yang sedikit, ketimbang pada hal yang baik yang lebih banyak kita temui. Tinggal kitanya saja, ingin berpartisipasi dalam kemajuan bangsa ini, atau cuma jadi pengikut saja. Kalau memang ingin bangsa ini maju, pilihlah orang yang tepat secara cerdas. Lihat pengalaman, latar belakang dan rekam jejak calonnya. Kalau untuk memilih saja tidak mau, jangan cuma bisa mempermasalahkan keputusan para wakil rakyat setelah terpilih nantinya. Kontribusi suara bahkan tidak ada, namun cuma bisa banyak menuntut. Jadi, konsistenlah dengan apa yang kau perbuat.
Dan yang selalu jadi kendala klasik terbesar pemilu adalah tingginya tingkat golput. Saking tingginya perolehan suara golput, diprediksi golput akan mentargetkan banyak kursi di parlemen #lha. Maka dari itu, marilah kita pilih calon yang jelas, jangan yang gak jelas. Dan menurut survey, ternyata suara golput ini banyak didominasi oleh kalangan jomblo. Mengapa begitu? Ternyata mereka beralasan, "Jangankan memilih wakil rakyat, memilih pasangan hidup aja gak mampu". Untuk itu para jomblo berharap dalam waktu dekat akan ada pemilu yang tidak cuma memilih pasangan di kursi parlemen, namun juga pemilu untuk memilih pasangan di kursi pelaminan.
Tips nyoblos lainnya:
1. Buat yang baru pertama kali nyoblos gak usah grogi. Ini cuma pemilu pertama, bukan malam pertama. Jadi gak sakit koq..
2. Nyoblosnya cuma pake paku kecil yang udah disediain. Jadi, ga usah nyoblos pake bambu runcing segala biar kelihatan nasionalis. Bukannya nasionalis, edan iya..
3. Habis dicoblos, tolong dimasukin ke kotak suara, jangan dibawa pulang buat jadi kenang-kenangan. Itu kertas suara, bukan sovenir kawinan coy!!
4. Tolong habis milih, jarinya dicelupin ke dalam tinta, jangan ke dalam hidung panitia pengawas. Gak dapat hitamnya, lengketnya iya.
Pesan saya yang terakhir. Bahasa inggrisnya partai memang "Party". Namun bukan berarti kita artikan pesta partai politik sebagai pesta hura-hura semata. Pesta yang dimaksud disini adalah hajatan besar bangsa dimana layaknya sebuah pesta, setelah pesta kita bisa pulang dengan tenang dan perasaan gembira telah menghadiri dan berpartisipasi, lalu menceritakan keindahan-keindahan didalam pelaksanaannya kepada sanak saudara agar mereka turut bahagia. Dan tentunya sebuah pesta untuk Indonesia kita yang lebih baik..
Jadi ingat kata alm. Gus Dur, "DPR itu merupakan taman kanak-kanak". Sekarang udah naik kelas belum ya? atau masih TK aja..
Tips nyoblos lainnya:
1. Buat yang baru pertama kali nyoblos gak usah grogi. Ini cuma pemilu pertama, bukan malam pertama. Jadi gak sakit koq..
2. Nyoblosnya cuma pake paku kecil yang udah disediain. Jadi, ga usah nyoblos pake bambu runcing segala biar kelihatan nasionalis. Bukannya nasionalis, edan iya..
3. Habis dicoblos, tolong dimasukin ke kotak suara, jangan dibawa pulang buat jadi kenang-kenangan. Itu kertas suara, bukan sovenir kawinan coy!!
4. Tolong habis milih, jarinya dicelupin ke dalam tinta, jangan ke dalam hidung panitia pengawas. Gak dapat hitamnya, lengketnya iya.
Pesan saya yang terakhir. Bahasa inggrisnya partai memang "Party". Namun bukan berarti kita artikan pesta partai politik sebagai pesta hura-hura semata. Pesta yang dimaksud disini adalah hajatan besar bangsa dimana layaknya sebuah pesta, setelah pesta kita bisa pulang dengan tenang dan perasaan gembira telah menghadiri dan berpartisipasi, lalu menceritakan keindahan-keindahan didalam pelaksanaannya kepada sanak saudara agar mereka turut bahagia. Dan tentunya sebuah pesta untuk Indonesia kita yang lebih baik..
Di hati dan lidahmu kami berharap
Suara kami tolong dengar lalu sampaikan
Jangan ragu jangan takut karang menghadang
Bicaralah yang lantang jangan hanya diam
(Surat Buat Wakil Rakyat by Iwan Fals)
Mari Bersama sukseskan pemilihan umum!! Salam jari jempol kejepit !
0 komentar:
Posting Komentar