Pages

Sabtu, 01 September 2012

Awal Semula, Kisah Palembang


Kali ini aku mau sedikit cerita tentang pengalamanku pertama kali jalan-jalan ke Palembang. Karena aku juga penasaran seperti apa sih dalamnya kota yang terkenal karena pempek nya dan berjargon "Wong Kito Galo" ini. Maklum sih jomblo anak kost, jadi jarang jalan-jalan, huft..

Kalau dengar kata Palembang biasanya kita langsung teringat dengan pempek. Makanan ini udah gak asing lagi, dan banyak orang yang suka, termasuk aku. Aku jadi teringat, pertama kali tau pempek ada jenis pempek yaitu kapal selam. Pikirku, eh buset...kapal selam dimakan, begimane caranye. Apa jangan-jangan bentuk pempeknya kayak kapal selam?

Setelah dicoba, rupanya tidak sedikitpun bentuknya mirip kapal selam, malah lebih mirip kapal karam yang terbalik. Yah aku merasa ditipu

Tapi tak apalah, yang penting rasanya uenak tenan...

Seonggok Pempek Kapal Selam yang menggoda iman dan taqwa



Baiklah, perjalananku kali ini, Jumat, 31 Agustus 2012 bersama dua temanku Bayu dan Haris, terjadi di tanggal yang amat sangat tua sekali *elus-elus dompet*. Yah dasar kamu, sudah tua merepotkan pula *ngomong sama tanggal*

Perjalanan dari Indralaya (tempat kost kita) ke Palembang dengan bus ditempuh selama sekitar 1 jam, ongkosnya Rp 7.000 dan tidak ada harga mahasiswa, huft (ingat tanggal tua). Kita turun di dekat Jembatan Ampera yang berdiri kokoh diatas Sungai Musi, yang juga menjadi simbol kota Palembang. Jaman dulu, saat sungai Musi masih bersih, sisi tengah jembatan Ampera bisa terangkat ke atas untuk jalur kapal besar lewat. Sungai Musi memang jalur perdagangan yang penting pada saat itu. Namun sekarang jembatan Ampera tidak pernah dinaikkan lagi karena jaman sudah berganti, ini jadi jalur penghubung kota yang padat dilalui kendaraan setiap harinya.




   Kalau gak salah, ini Jembatan Ampera, hmm




Berhubung ini hari jumat, kami bergegas ke Masjid Agung Palembang yang tidak jauh dari jembatan Ampera, untuk mengincar sendal Sholat Jumat dulu.



Masjid Agung Palembang, biarpun udah ganteng, tetap harus sholat jumat




Ketika masuk lingkungan masjid, yang kulihat pertama kali adalah, banyak sekali orang yang berjualan di halaman masjid. Ada yang berjualan pakaian, pempek, es tebu, asongan dll. Wow rame sekali orang disana, baik yang mau sholat jumat, nyolong sendal maupun berjualan.

Selesai jumatan, kami melanjutkan perjalanan. Tepat di seberang masjid terdapat monumen yang disebut Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat). Kami hanya lewat sebentar, lihat-lihat doang.

Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat)


Mendengar Monpera artinya Monumen Perjuangan Rakyat, aku jadi kepikiran, terus bertanya ke Bayu dan Haris, apakah jangan-jangan Ampera itu artinya Ambisi Perjuangan Rakyat? atau apa? Ya kali., aku hanya mengada-ada. Sontak saja Bayu membalas, "Jamban perjuangan rakyat juga bisa, haha..." (maaf hanya bercandaan). Oke kali ini lebih mengada-ada #abaikan. Apapun arti atau kepanjangannya, Ampera tetap berdiri kokoh sebagai simbol kota Palembang.

Kami melanjutkan perjalanan, ke kampus Univeritas Sriwijaya ekstensi yang berlokasi di Bukit Besar, Palembang, sekalian cari makan. Dekat situ ada warung yang menjual gado-gado. Kami pun makan di sana. Rupanya ibu yang jualan adalah orang Surabaya, wah pendatang dari jauh juga si Ibu ini. Sempat aku berbicara bahasa jawa dengan si ibu saat mau membayar makannya, haha..


Kampus Universitas Sriwijaya lokasi Palembang


Hari sudah semakin sore, kita lanjut ke Benteng Kuto Besak, yang lokasinya gak jauh dari Jembatan Ampera. Kita naik angkot jurusan Ampera-Bukit yang berwarna biru. Angkot di Palembang ini beda dengan angkot-angkot yang pernah ku jumpai. Disini, tempat duduknya menghadap depan semua, tidak melingkar, juga hampir selalu ada musiknya, bahkan ada satu angkot yang kami naiki ada TV kecil di dalamnya. Namun sayang, kadang volume musiknya terlalu keras, dan sopir angkot disini sering menepi mendadak



Benteng Kuto Besak, Palembang


Tidak jauh dari Benteng Kuto Besak, terlihat view yang bagus dari Jembatan Ampera dan Sungai Musi. Namun kami datang sore hari, jadi view nya tak sebagus waktu malam hari jika lampunya menyala. Dan tidak jauh dari situ juga, kami sempat melihat sejoli pelajar SMP yang sedang pacaran dengan (maaf) agak intim. Yah sebut saja semi mesum. Kami pun langsung keasyikan memalingkan muka sembari berpikir hal-hal yang jernih...


Cakep kan??  Jembatannya maksudku...



Jam sudah hampir menunjukan pukul 16.00 sore, kami rasa cukup sampai sini jalan-jalannya, karena jika sudah lewat malam bakal susah mencari bus. Kami pun sampai dengan selamat sentosa dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya di tujuan sekitar pukul 17.00 sore. Akhirnya sampai juga, sungguh perjalanan yang melelahkan.


Sekian dulu ya ceritanya, udah ga ada ide mau nulis apa, dan maaf untuk Bayu yang foto nya nggak aku ikut sertakan di sini, kamu emang photographer yang baik hha.




Jembatan Ampera


Sumber gambar: sebagian dari www.google.com dan dokumentasi pribadi


2 komentar:

mansetha mengatakan...

good.......

sha mengatakan...

jadi kangen orang palembang *eh haha palembangnya maksudnyaa ^^
bagus kal tulisan2nya :D tetep eksis yaa

Posting Komentar