Pages

Kamis, 13 September 2012

Maba Yang Tertukar


Ini hanya postingan blog biasa, bukan adaptasi dari suatu judul Sinetron yang sering kalian tonton sampai 7 season. Kalau ada kesamaan nama atau tokoh, itu adalah kesengajaan. Mohon maaf saya cakep lahir batin.

Kalau mendengar kata "Maba", mungkin yang terlintas dipikiran kalian adalah "Mahasiswa Baru". Memang bener, walaupun aku yang maba ini lebih sering di cap sebagai Mahasiswa Bandel. huft.. maba lagi..

Dimana ada maba disitu ada ospek, tapi entah kenapa dimana ada ospek, disitu ada aku?
Yah, intinya ini ospek yang kedua kalinya. Dalam hati aku bertanya, "Kapan aku punya adik tingkat?" Yah, aku cuma bisa bersabar. Karena pindah kuliah juga, sampai ada yang ngasih julukan "Kolektor Almamater", "Penjelajah Kampus" dan lain sebagainya. Sungguh tidak berperikemahasiswaan.





















Sebagai mahasiswa baru, otomatis ada yang namanya ospek (Orientasi Pengenalan Kampus) atau berbagai macam sebutan lainnya sesuai dengan program di kampus masing-masing. Ospek ku kali ini namanya PK2 atau PKK. Program PKK disini bukan seperti perkumpulan ibu-ibu arisan yang sering ada di RT - RT, bukan juga berarti Perempuan Kesana Kemari ataupun Perempuan Kurang Kerjaan seperti yang kalian bayangkan. Bukan..bukan itu..!!  PKK disini artinya adalah Pengenalan Kehidupan Kampus, yang diadakan selama tiga hari dari tanggal 4 - 6 September Ceria 2012, dengan agenda hari pertama pengenalan Universitas, hari kedua pengenalan Fakultas dan hari ketiga pengenalan Jurusan.

Untuk ketua pelaksana PK2 di jurusan saya kali ini dipegang oleh kak Yudha. Setelah sempat kita berkenalan, rupanya kak Yudha juga berasal dari Jambi sama sepertiku. Lumayan lah, nambah kenalan mahasiswa yang sedaerah asal. Mayoritas mahasiswa disini memang kebanyakan dari sekitar Sumatra, jadi aku akan banyak kenal teman baru yang sedaerah asal disini. Disini aku juga jadi mulai belajar bahasa Palembang, walaupun belum bisa menyamai logatnya. Tiap aku coba bahasa Palembang, entah kenapa justru logat Jawa ku yang lebih keliatan, efek dari lama tinggal di Jawa jadinya logatku begini. Kalau dulu aku lama tinggal di luar negeri, mungkin sekarang aku udah jago bahasa kumur-kumur.





















Karena ospek bukan hal baru lagi bagiku, jadi udah kuduga bakal ada berbagai macam peraturan dan perlengkapan yang harus dibawa, termasuk setiap divisi yang ada di dalamnya. Dan ada satu divisi yang kurasa paling sering tampil dan banyak berperan. Biasanya sih juga jadi kakak yang paling di ingat. Divisi ini biasanya di bagian kedisiplinan mahasiswa. Ciri khasnya yaitu yang tegas dan paling sering marah-marah kalau mabanya ada yang salah, namun tenang aja, semua itu skenario kakak tingkat demi mendidik adik-adiknya. Komdis, alias Komisi Kedisiplinan, yang tugasnya melatih kedisiplinan dan mental mahasiswa, tsah..keren kan bahasanya... Dan, keahlian acting akan sangat berguna kalau kamu nanti pengen jadi komdis. Siap-siap capek aja karena sering marah-marah.




















Biarpun lagi marah, komdisnya tetap cakep-cakep lho






















Nah, apa kubilang? cakep-cakep kan...




Hari pertama, kedua sampai ketiga aku jalani dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Dan seperti cap yang sudah melekat di diriku sebagai maba (mahasiswa bandel) aku dengan sukses selama tiga hari berturut-turut kena hukuman terus..





















Coba lihat yang mukanya paling gak jelas, ya.. itu aku..



Di akhir acara, ada awards untuk kakak dan adik "ter-". Mulai dari yang terganteng, terlucu, terberisik, tugas terbaik, terompet, terlalu dll. Tapi sayang ga ada award untuk adik terganteng nya. Yah, sayang sekali, sayang dua kali, berkali-kali.. Walaupun ada pun kayaknya aku gak bakal dapet itu award..

Mungkin banyak kejadian dan pengalaman serta suka duka yang kita alami selama kegiatan PK2 ini. Dan yang paling penting kita belajar tentang pentingnya menjaga kekompakan angkatan, dan masih banyak lagi pelajaran yang bisa kita ambil manfaat baiknya. Jadi kebanyakan bahas aib diri sendiri. Akhir kata, HIDUP MAHASISWA!!!




Awas itu tasnya di rogoh-rogoh, jangan sampai salah rogoh








Aku tahu apa yang sebenarnya kau pikirkan bro..



Sumber foto dokumentasi: BEM Kedokteran Gigi Unsri

Sabtu, 01 September 2012

Awal Semula, Kisah Palembang


Kali ini aku mau sedikit cerita tentang pengalamanku pertama kali jalan-jalan ke Palembang. Karena aku juga penasaran seperti apa sih dalamnya kota yang terkenal karena pempek nya dan berjargon "Wong Kito Galo" ini. Maklum sih jomblo anak kost, jadi jarang jalan-jalan, huft..

Kalau dengar kata Palembang biasanya kita langsung teringat dengan pempek. Makanan ini udah gak asing lagi, dan banyak orang yang suka, termasuk aku. Aku jadi teringat, pertama kali tau pempek ada jenis pempek yaitu kapal selam. Pikirku, eh buset...kapal selam dimakan, begimane caranye. Apa jangan-jangan bentuk pempeknya kayak kapal selam?

Setelah dicoba, rupanya tidak sedikitpun bentuknya mirip kapal selam, malah lebih mirip kapal karam yang terbalik. Yah aku merasa ditipu

Tapi tak apalah, yang penting rasanya uenak tenan...

Seonggok Pempek Kapal Selam yang menggoda iman dan taqwa



Baiklah, perjalananku kali ini, Jumat, 31 Agustus 2012 bersama dua temanku Bayu dan Haris, terjadi di tanggal yang amat sangat tua sekali *elus-elus dompet*. Yah dasar kamu, sudah tua merepotkan pula *ngomong sama tanggal*

Perjalanan dari Indralaya (tempat kost kita) ke Palembang dengan bus ditempuh selama sekitar 1 jam, ongkosnya Rp 7.000 dan tidak ada harga mahasiswa, huft (ingat tanggal tua). Kita turun di dekat Jembatan Ampera yang berdiri kokoh diatas Sungai Musi, yang juga menjadi simbol kota Palembang. Jaman dulu, saat sungai Musi masih bersih, sisi tengah jembatan Ampera bisa terangkat ke atas untuk jalur kapal besar lewat. Sungai Musi memang jalur perdagangan yang penting pada saat itu. Namun sekarang jembatan Ampera tidak pernah dinaikkan lagi karena jaman sudah berganti, ini jadi jalur penghubung kota yang padat dilalui kendaraan setiap harinya.




   Kalau gak salah, ini Jembatan Ampera, hmm




Berhubung ini hari jumat, kami bergegas ke Masjid Agung Palembang yang tidak jauh dari jembatan Ampera, untuk mengincar sendal Sholat Jumat dulu.



Masjid Agung Palembang, biarpun udah ganteng, tetap harus sholat jumat




Ketika masuk lingkungan masjid, yang kulihat pertama kali adalah, banyak sekali orang yang berjualan di halaman masjid. Ada yang berjualan pakaian, pempek, es tebu, asongan dll. Wow rame sekali orang disana, baik yang mau sholat jumat, nyolong sendal maupun berjualan.

Selesai jumatan, kami melanjutkan perjalanan. Tepat di seberang masjid terdapat monumen yang disebut Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat). Kami hanya lewat sebentar, lihat-lihat doang.

Monpera (Monumen Perjuangan Rakyat)


Mendengar Monpera artinya Monumen Perjuangan Rakyat, aku jadi kepikiran, terus bertanya ke Bayu dan Haris, apakah jangan-jangan Ampera itu artinya Ambisi Perjuangan Rakyat? atau apa? Ya kali., aku hanya mengada-ada. Sontak saja Bayu membalas, "Jamban perjuangan rakyat juga bisa, haha..." (maaf hanya bercandaan). Oke kali ini lebih mengada-ada #abaikan. Apapun arti atau kepanjangannya, Ampera tetap berdiri kokoh sebagai simbol kota Palembang.

Kami melanjutkan perjalanan, ke kampus Univeritas Sriwijaya ekstensi yang berlokasi di Bukit Besar, Palembang, sekalian cari makan. Dekat situ ada warung yang menjual gado-gado. Kami pun makan di sana. Rupanya ibu yang jualan adalah orang Surabaya, wah pendatang dari jauh juga si Ibu ini. Sempat aku berbicara bahasa jawa dengan si ibu saat mau membayar makannya, haha..


Kampus Universitas Sriwijaya lokasi Palembang


Hari sudah semakin sore, kita lanjut ke Benteng Kuto Besak, yang lokasinya gak jauh dari Jembatan Ampera. Kita naik angkot jurusan Ampera-Bukit yang berwarna biru. Angkot di Palembang ini beda dengan angkot-angkot yang pernah ku jumpai. Disini, tempat duduknya menghadap depan semua, tidak melingkar, juga hampir selalu ada musiknya, bahkan ada satu angkot yang kami naiki ada TV kecil di dalamnya. Namun sayang, kadang volume musiknya terlalu keras, dan sopir angkot disini sering menepi mendadak



Benteng Kuto Besak, Palembang


Tidak jauh dari Benteng Kuto Besak, terlihat view yang bagus dari Jembatan Ampera dan Sungai Musi. Namun kami datang sore hari, jadi view nya tak sebagus waktu malam hari jika lampunya menyala. Dan tidak jauh dari situ juga, kami sempat melihat sejoli pelajar SMP yang sedang pacaran dengan (maaf) agak intim. Yah sebut saja semi mesum. Kami pun langsung keasyikan memalingkan muka sembari berpikir hal-hal yang jernih...


Cakep kan??  Jembatannya maksudku...



Jam sudah hampir menunjukan pukul 16.00 sore, kami rasa cukup sampai sini jalan-jalannya, karena jika sudah lewat malam bakal susah mencari bus. Kami pun sampai dengan selamat sentosa dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya di tujuan sekitar pukul 17.00 sore. Akhirnya sampai juga, sungguh perjalanan yang melelahkan.


Sekian dulu ya ceritanya, udah ga ada ide mau nulis apa, dan maaf untuk Bayu yang foto nya nggak aku ikut sertakan di sini, kamu emang photographer yang baik hha.




Jembatan Ampera


Sumber gambar: sebagian dari www.google.com dan dokumentasi pribadi