Pages

Sabtu, 29 Maret 2014

Pengetahuan: Pangkat Kepolisian


Kali ini saya tuliskan seri pengetahuan umum seputar pangkat kepolisian republik Indonesia atau disingkat POLRI. Bukan karena saya kepengen jadi polisi, gagal masuk polisi, ataupun gara-gara saya sering melanggar dan ditilang polisi. Secara umum cuma ingin berbagi pengetahuan aja, tapi secara khusus saya perlu tahu soal ini karena dari pekerjaan inilah Ayah saya bisa menghidupi saya dan seluruh keluarga. Karena itulah saya agak sedikit mengerti tentang pengetahuan pangkat kepolisian. Memang mungkin masih banyak kekurangan dari POLRI, tapi saya lebih tidak bisa bayangkan apa jadinya suatu negara kalau tanpa POLRI maupun TNI. Saya lebih senang membayangkan apa jadinya suatu negara kalau tanpa koruptor, pasti sejahtera sekali. Tapi, penting juga lho buat kalian tau kepangkatan Polri, kalo nonton berita kriminal di TV jadi tau pangkat polisinya, kalo ditilang di jalan tau pangkatnya, dan juga siapa tau yang mau dapat jodoh polisi, harus tau juga dong tentang pangkat-pangkatnya biar bisa memilah dan memilih..

Sedikit Intermezzo tentang sejarah dan pengetahuan umumnya, dulu sebelum TNI dan POLRI dipisah, namanya masih ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) yang dihasilkan dari pendidikan AKABRI (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia). Lalu pada 1 April 1999 secara resmi diadakan upacara pemisahan Polri dari ABRI yang direalisasikan oleh Presiden B.J. Habibie. Pemisahan ini dilakukan pasca jatuhnya pemerintahan orde Baru Soeharto yang menimbulkan banyak tuntutan agar Polri dipisahkan dari ABRI dengan harapan Polri menjadi lembaga yang professional dan mandiri, jauh dari intervensi pihak lain dalam penegakan hukum.

AKABRI adalah Integrasi dari empat matra, yaitu Akademi Angkatan Darat (AAD) / AKMIL di Magelang, Akademi Angkatan Laut (AAL) di Surabaya, Akademi Angkatan Udara (AAU) di Yogyakarta  dan Akademi Kepolisian (AKPOL) di Semarang. Sejak 1 April 1999, Akpol memisahkan diri dari AKABRI dan sejak itu juga AKABRI berganti nama jadi Akademi TNI yang terdiri dari tiga matra : AAD, AAL, dan AAU.

Dalam kepolisian sendiri, ada tiga golongan kepangkatan, mulai dari yang terendah yaitu Tamtama, Bintara dan kemudian Perwira. Untuk Tamtama memang jarang sekali kita jumpai dan memang hanya di divisi tertentu saja, biasanya divisi brimob atau polair. Yang paling sering kita jumpai sehari-hari ada dua, yaitu Bintara dan Perwira, terutama Bintara yang jumlahnya sangat banyak. Ciri khasnya bisa dibedakan dari warna lambang pangkatnya. Bintara berwarna perak, sedangkan perwira berwarna emas. Dari warnanya, jelas bahwa pangkat perwira lebih tinggi dari bintara, begitu juga dengan tingkat kesulitan seleksi dan pendidikannya. Sekolah Calon Bintara lebih banyak menerima siswa, pendidikannya adalah SEBA (Sekolah Calon Bintara), bertempat di SPN (Sekolah Polisi Negara) dan masa pendidikan 7 bulan saja, kemudian langsung siap penempatan kerja. SPN sendiri ada di banyak daerah, biasanya tiap provinsi memiliki satu SPN. Sedangkan untuk bisa menjadi perwira, hanya satu Akademi Kepolisian di Indonesia yang menghasilkannya, yaitu AKPOL di Semarang yang itu pun hanya menerima sekitar 200an orang dari seluruh Indonesia setiap tahunnya, dengan pendidikan selama hampir 4 tahun dan  para siswanya lebih dikenal dengan sebutan Taruna dan Taruni. Dari perbedaan tingkat pendidikannya inilah maka lulusan Akpol langsung mendapat pangkat golongan Perwira.

Selain AKPOL, ada juga pendidikan untuk menjadi perwira, yaitu SAG Perwira (Sekolah Alih Golongan Perwira), sekolah bagi Bintara senior (Aipda / Aiptu) yang ingin melanjutkan mencapai jenjang perwira. Dan ada juga SIPSS (Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana) pendidikan pembentukan perwira di SETUKPA Sukabumi selama 6 bulan bagi para lulusan S1 dengan output lulusan berpangkat Ipda. Namun penerimaan SIPSS tidak selalu pasti ada, dan tergantung bidang ilmu S1 tertentu yang dibutuhkan.

Perbedaan utama antara pangkat Bintara dan Perwira adalah pada segi tugasnya. Pangkat Bintara adalah pelaksana utama di lapangan, sedangkan Perwira lebih bersifat managerial seperti dalam hal perencanaan, strategi, pengendalian serta pengambilan keputusan. Jadi kalau teman-teman sering lihat Polantas yang sering bertugas di pos pinggir jalan itu adalah golongan Bintara, tapi kadang ada juga Perwira yang turun ke lapangan untuk membantu dan mengawasi tapi saat tertentu saja sebagai koordinator lapangan. Kalau kalian pernah melihat petugas polantas yang menjaring pelanggar lalu lintas dan memberi tilang, mayoritas ditangani para Bintara/Brigadir, bukan Tamtama ataupun Perwira.

Unsur pelaksana, divisi, direktorat, biro dan bidang di kepolisian sendiri ada banyak, dan punya tugas masing-masing. Jadi polisi punya banyak posisi tugas masing-masing. Ada:

Intelkam
Reskrim
Reskrimsus
ResNarkoba
Harkam
Brimob
Lalu Lintas
Biro Operasi
Densus 88 khusus terorisme, 

Divisi Hukum
Div Propam
Div Humas
Div Hubinter
Div TI (Teknologi Informasi)
Spripim
Kasetum
Kayanma
Staf Ahli

Direktorat Reserse Kriminal
Dir Reskrimsus
Dir Reserse Narkoba
Dir Intelkam
Dir Lantas
Dir Binmas
Dir Sabhara
Dir Pamobvit
Dir Polair
Dir Tahti

Biro Operasi
Biro SDM (Sumber Daya Manusia)
Biro Sarpras (dulu Logistik)
Bidang Keuangan
Bid Propam (Profesi dan Pengamanan)
Bid Hukum
Bid Humas (Hubungan Masyarakat)
Bid Dokkes (Kedokteran Kesehatan)

dan yang paling kalian cowok-cowok kesepian favoritkan yaitu:
POLWAN..

standar..ngerayu minta ditilang tapi omong doang..

Keberadaan Polwan dibutuhkan karena ada ranah yang jika dilakukan oleh wanita akan lebih bisa memberikan rasa empati ke korban atau pelakunya. Seperti kasus kekerasan pada anak dan wanita, pemerkosaan dan kasus lainnya yang mana selama ini jika ditangani oleh polisi laki-laki akan lebih sulit mendapat keterbukaan dari korban/pelaku yang mayoritas perempuan dan anak-anak. Polwan terkadang juga dibutuhkan dalam tindakan persuasif atau negosiasi. Beberapa polwan juga membantu di rumah sakit bhayangkara milik POLRI.

Yang paling sering kalian lihat mungkin cuma dari Korps Lalu Lintas yang sering kalian lihat di jalan, karena Lalu Lintas memang paling dekat dengan kegiatan kita sehari-hari. Tugas polantas itu sebenarnya berat karena lalu lintas menjadi penyumbang terbanyak korban jiwa. Jadi jangan cuma bisa marah-marah jika kalian ditilang karena gak pake helm, melanggar atau gak taat aturan karena itu demi keselamatan kita juga. Polantas udah biasa ngelihat ceceran mayat dan isi-isi perutnya korban kecelakaan yang sekedar bisa nyetir doang tanpa tahu aturan. Kalau kalian teliti mengamati, bedanya polantas adalah topinya berwarna putih. Jadi, polisi itu gak cuma polisi lalu lintas doang, ada banyak unsur pelaksana polisi lain yang tugasnya berbeda.

Ngomongin lalu lintas, jadi ingat tentang masalah macet. Khususnya di Indonesia yang punya salah satu juaranya kota termacet di dunia, Jakarta. Menurut pengamatan saya penyebabnya adalah:


Belajar membedakan mana problem (masalah) dan symptom (gejala).
Ternyata problem macet ya ada pada orangnya, perilaku dan kebiasaannya.

"Di Jakarta dan sekitarnya, yang seharusnya bisa ditempuh 30 menit, bisa jadi hingga 3 jam"

Ini juga kesalahan pemerintahan di masa lalu yang mana terlambat memulai pembangunan transportasi publik. Serta keputusan untuk terbuka terhadap negara lain terutama Jepang sehingga memuluskan mereka meraup pangsa pasar di Indonesia dan jadi market leader brand kendaraan pibadi di Indonesia. Hal ini menyulitkan pemerintahan sekarang. Kita terlambat puluhan tahun di transportasi publik dibanding negara-negara tetangga kita. Sudah terlambat kecewa pada pemerintahan di masa lalu. Yang jadi pertanyaan, Kenapa pemerintah dulu lebih memuluskan jualannya produsen kendaraan ketimbang fokus di sektor transportasi publik? Padahal lebih baik belajar dan kerjasama dengan Jepang untuk bikin kereta cepat, MRT, busway, subway dll. Mungkin Anda-Anda saja yang menyimpulkan asumsi-asumsi kepentingan yang ada.. Kalau dulu Jepang lebih membantu membangun sektor transport umumnya Indonesia, mungkin tidak akan setinggi sekarang penjualan merek kendaraan pribadinya, karena transport umum kita sekarang akan lebih baik. Andai dulu begitu... Di satu sisi, Jepang adalah termasuk negara paling cerdas dan paling kapitalis di dunia. Pemerintah Indonesia mungkin berpikir bahwa pemasukan dari sektor pajak kendaraan cukup besar untuk Pendapatan Daerah

Sekitar 80,9% jumlah motor yang ada di Indonesia berada di DKI Jakarta, dan sekitar 14-16% jumlah mobil di Indonesia ada di DKI Jakarta yang luasnya hanya sepersekian persen dari daratan Indonesia. Kalian juga tahu, mayoritas beli merek negara mana? yak betul, Jepang.  Padahal banyak negara lain juga memproduksi kendaraan. Di masa lalu Jepang banyak membangun ruas jalan dan aspal di Indonesia. Apa pemerintah tidak menyadari itu bukan murni sekedar ikhlas membantu, padahal itu tidak lain modus investasi bisnis mereka. Dimana penambahan ruas jalan seiring dengan penambahan permintaan/demand terhadap kendaraan, dan beberapa brand dari negara Jepang lah yang akhirnya diizinkan pemerintah kita untuk masuk Indonesia. Penjajah fisik di masa lalu, tetaplah berniat menguasai pasar di masa sekarang, setidaknya dalam bidang ekonomi dan bisnis. Namun saya akui produk industri otomotif mereka termasuk yang paling efisien dalam produksi serta masih menyasar segment yang kelas menengah sehingga terjangkau, ada kurang dan ada lebihnya.

Mobil Jepang, tidak seperti untuk pangsa di negara asalnya Jepang, herannya ketika diproduksi untuk pangsa Indonesia, banyak memangkas fitur keselamatan/safety nya sehingga termasuk kemahalan dengan harga pasaran yang tercantum (overpriced). Maklum, orang Indonesia tidak mengutamakan fitur keselamatan maupun performa/tenaga seperi selera peminat mobil di negara maju. Yang penting merek/brand, aftersales/banyaknya ketersediaan dealer, muat banyak untuk keluarga, harga jual kembali / resale value tinggi. Belum kebeli koq udah mikir buat dijual lagi.. Sayangnya karena pangsa Indonesia sudah terlanjur kemakan merek Jepang, susah bagi merek yang bagus lainnya untuk bersaing di Indonesia. Memang, semakin tinggi fitur keamanan dan tenaganya, harganya juga mahal, apalagi jika unit produksinya sedikit. Ya, brand lain siap-siap gulung tikar aja, dan keuntungannya banyak masuk ke Jepang.


Kalau kalian tau selera pangsa Indonesia, maka tentu kalian tau hanya merek "Yang itu-itu saja" yang kemakan di Indonesia. Merek di atas belum termasuk merek untuk brand mobil high class dunia lainnya, memang belum banyak calon pangsa pasarnya di Indonesia.
Persaingan bisnis dunia industri otomotif sangat ketat


Di Jepang sendiri, yang merupakan produsen besar kendaraan pribadi, lebih mengutamakan pembangunan transport publik, serta rendah penjualan kendaraan pribadi di negaranya. Produksi mereka memang utamanya untuk dijual ke masyarakat negara lain, bukan buat warga mereka sendiri. Mereka sadar bahwa lebih efisien dan efektif investasi membangun transport publik untuk masa depan. Lihat betapa cerdasnya mereka melihat jangka panjang puluhan tahun ke depan, gak kayak Indonesia. Tapi data dan fakta berkata demikian. Gak usah jauh-jauh deh, coba berkaca dari tetangga Singapura atau Malaysia, yang jauh lebih teratur transportasinya. Malaysia pun lebih bangga menggunakan merek mobil buatan mereka sendiri, Proton. Bangga produk buatan sendiri, seperti bangganya Korea Selatan pada KIA, Hyundai, Daewoo, Ssang Yong, dan Renault Samsung. Sekedar info, warga Korsel sangat nasionalis. Warganya yang pakai merek mobil buatan luar akan dapat cibiran, sanksi sosial dan dianggap pengkhianat. Begitu pula merek gadget/gawai dan elektronik, mereka bangga produk buatan sendiri.

Selain itu peningkatan macet juga karena produsen kendaraan tersebut mematok target penjualan yang tinggi di tiap dealer cabang se-Indonesia. Serta sistem Leasing dan Kredit yang makin memudahkan orang membawa pulang kendaraan dengan uang muka dan cicilan ringan. Jika tak ada kesadaran berubah dan transport publik yang mengimbangi, bisa diprediksi sendiri seperti apa kemacetan kota-kota di Indonesia puluhan tahun kedepan. Sekarang saja macetnya sudah menyebalkan. Ditambah semakin murahnya harga mobil karena spesifikasinya menyesuaikan segment kebutuhan pasar di negara berkembang (yang lambat berkembang), uang muka dan cicilan ringan untuk bisa membawa pulang kendaraan pribadi.

Negara-negara maju sudah puluhan tahun lalu bangga dengan fasilitas transportasi dan infrastruktur publiknya yang canggih, cepat dan murah

Kendaraan semacam mobil pun kini bukan lagi produk yang hanya menyasar kelas atas, namun sudah mengatur spesifikasi produknya untuk mulai menyasar banyak kelas menengah, terutama di negara berkembang. Terutama karena jumlah ekonomi kelas menengah mengalami peningkatan dan jumlahnya paling banyak.


Saya sering melihat mahasiswa asing pertukaran (exchange student) di kampus saya, terutama yang dari Jepang. Kebiasaan mereka lebih suka naik sepeda atau berjalan kaki meski mengeluhkan susahnya jadi pejalan kaki dan pengendara sepeda di Indonesia. Melihat mahasiswa Jepang bersepeda dengan mahasiswa Indonesia dengan mobil mewah merek Jepangnya berpapasan, jadi hal yang sangat kontras di mata saya, saya pun malu juga sebenarnya. Kira-kira apa ya yang ada di benak mahasiswa Jepang itu? 

Mau siapa pun gubernur Jakarta nya, Dishubnya, Dirlantasnya ya kalau perilaku dan pemikiran lebih dari 10 juta warganya begitu terus ya akan semakin padat dan sesak volume kendaraan di jalan. 10 juta mayoritas pendatang dan akan terus bertambah, namun tidak untuk ruas jalannya. Di wilayah sesempit itu dengan belasan juta orang, yang hampir semua pake kendaraan pribadi.

"Sementara itu, jumlah penduduk kota Jakarta saat ini sudah mencapai 12,7 juta orang pada siang hari dan 9,9 juta orang pada malam hari." - Disdukcapil DKI Jakarta per 2014

Semakin maju suatu negara, saya amati justru semakin tinggi aktivitas warganya dengan berjalan kaki, bersepeda atau transportasi umum yang masal dan canggih. Pajak, harga dan tarif parkir kendaraan yang tinggi terbukti efektif mengurangi kemacetan di negara yang mind set orang nya maju. Bukan karena gak mampu, justru tingkat pendapatan dan kesejahteraan negara-negara maju sangat tinggi, memang perilakunya dan mind set nya future oriented.

Kalau dalam kelas Manajemen Lintas Budaya yang saya ambil, menurut penelitian bahwa budaya masyarakat di Indonesia memiliki dimensi "Orientasi Jangka Panjang" yang agak rendah,, Mungkin itu juga faktor behavior yang bikin perkembangan transportasi kita belum serapih dan tertata seperti negara maju


Untuk dimensi budaya masyarakat Indonesia lainnya bisa lihat disini:
Hofstede Culture Dimensions for Indonesia  atau https://geerthofstede.com/

Dan satu lagi, kepribadian seseorang bisa dicerminkan dari bagaimana dia berlalu-lintas. Apakah dia orang yang teratur, rapi, penyabar, tenang atau sebaliknya bisa kelihatan ketika berkendara di jalan.


Kalau Anda-Anda lagi gabut, bisa lihat review-review mobil berbagai pabrikan dari banyak negara dengan berbagai kelebihan dan kekurangannya secara objektif di tautan di bawah ini:
OtoDriver
MotoMobi
AutonetMagz

Sudah intermezzo lalu-lintasnya, lanjut ke chapter tentang "Markas Kepolisian"..





MARKAS KEPOLISIAN

Untuk markasnya sendiri dibagi dalam regional wilayah cakupannya dan kepadatan penduduknya:

1. POLSEK/POLSEKTA (Kepolisian Sektor / Sektor Kota)
Adalah markas di tingkat Kecamatan, biasanya dipimpin oleh AKP untuk kecamatan tipe rural (POLSEK) atau KOMPOL untuk kecamatan tipe urban/kecamatan pusat kabupaten atau kecamatan besar (POLSEKTA). Untuk wilayah Metro Jakarta Raya, biasanya Kapolseknya seorang KOMPOL bahkan mungkin saja AKBP. Ada juga beberapa kecamatan kecil di Indonesia yang berpenduduk sedikit yang dipimpin oleh Kapolsek dengan pangkat IPTU bahkan hanya IPDA seperti di beberapa kecamatan di Papua atau kepulauan Nusa Tenggara atau kecamatan kecil di Pulau padat lainnya. Di beberapa daerah terpencil atau perbatasan ada pula pos-pos polisi yang merupakan perpanjangan tangan dari Kepolisian Sektor.

Kalau di tingkat kecamatan Anda lihat Kapolseknya sudah tua (sekitar usia 40 an-50 th), berarti bapak/ibu itu kemungkinan dulunya dari Bintara yang karirnya bagus dan berhasil lanjut sekolah Pembentukan Perwira. Kalau Kapolseknya ternyata masih muda (usia 25-30 th), berarti lulusan Akpol/SIPSS. Beberapa Bintara yang cemerlang karirnya dan selalu sekolah lagi, perkiraan pangkatnya saat pensiun mencapai rata-rata IPTU/AKP atau setara job Kapolsek.


Perkiraan pangkat saat pensiun, dengan syarat hanya bagi anggota yang mengikuti semua sekolah lanjutan dan pengembangan, serta kuliah penunjang.

2. POLRES (Kepolisian Resort)
Adalah markas di tingkat Kabupaten / Gabungan beberapa kecamatan padat di kota besar, biasanya dipimpin oleh AKBP. Untuk beberapa Kotamadya besar seperti ibukota provinsi besar, mungkin saja terdiri dari beberapa Polres, yang berkoordinasi kepada satu Polrestabes.
Contoh:
Kota Semarang, Punya 1 Polrestabes Semarang dan 3 Polres (Semarang Barat, Semarang Timur dan Semarang Selatan yang masing-masing membawahi beberapa Polsek di Kota Semarang, dibagi 3 area koordinasi). Semua tergantung kepadatan penduduk untuk menambah atau tidaknya kantor markas.

3. POLRESTA / POLRESTABES (Kepolisian Resort Kota / Kota Besar)
Dulu disebut POLWIL, markas di tingkat Kotamadya, biasanya dipimpin oleh AKBP / KOMBES POL tergantung kepadatan penduduk kota tersebut. Kini Polresta berada di beberapa Kotamadya yang lumayan besar, biasa dipimpin AKBP/ KOMBESPOL tergantung kepadatan Kotamadya. Kalau Polrestabes biasanya di kota besar yang juga Ibukota Provinsi yang besar dan padat penduduk dan dipimpin oleh KOMBESPOL

4. POLDA (Kepolisian Daerah)
Adalah markas di tingkat Provinsi, biasa dipimpin BRIGJEN POL (Bintang 1) untuk provinsi tipe B dan IRJEN POL (Bintang 2) untuk provinsi besar tipe A yang luas/padat penduduk/rawan konflik atau A+ khusus (Metro Jaya). 

5. MABES POLRI (Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia)
Yaitu markas utama Kepolisian Republik Indonesia yang berada di DKI Jakarta, dan dipimpin oleh seorang JENDERAL Polisi (Bintang 4) yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden RI.

Dahulu ada Markas Polwil (Polisi Wilayah) yang merupakan kawasan yang pada masa kolonial merupakan Karesidenan. Karena wilayah seperti ini umumnya hanya ada di pulau Jawa, dan diluar Jawa tidak dikenal adanya satuan Polwil kecuali untuk wilayah perkotaan seperti ibukota provinsi seperti misalnya Polwiltabes Makassar di Sulsel, maka mulai awal 2010 seluruh Kepolisian Wilayah (Polwil) dihapus.



Nah sekarang masuk ke kepangkatannya:

Untuk golongan Tamtama jumlahnya tidak sebanyak Bintara. Tamtama mayoritas diperlukan sebagai anggota satuan Brimob dan Polair. Untuk Bintara jumlah personelnya paling banyak dan sering kita jumpai di lapangan sehari-hari, serta penempatannya bersifat lokal tidak jauh-jauh, di provinsi dimana dia mendaftar SPN. Dan untuk golongan Perwira jumlahnya sedikit, serta penempatan dinasnya bisa luas di seluruh Indonesia dengan periode perpindahan penempatan dinas (mutasi) yang singkat, dan dididik untuk kelak menjabat posisi strategis pengambil keputusan/pimpinan, seperti kepala satuan (Kasat), kepala bidang (Kabid), kepala biro (Karo), direktur (Dir), Wakil kepala (Waka), kepala polisi (Kapol) dll.


Untuk kisaran kuota penerimaan anggota POLRI setiap tahunnya kurang lebih seperti ini, sepengetahuan saya membaca informasi dari Mabes Polri :

Akpol : 300 (250 Taruna dan 50 Taruni) Tiap provinsi harus ada perwakilan, dengan kuota perwakilan tiap provinsi mungkin tak sampai sepuluh calon Taruna/Taruni. Pendidikan 4 tahun dan dapat gelar S.Tr. K (Sarjana Terapan Kepolisian) dan output pangkat IPDA
SIPSS : 50 orang Sarjana, pendidikan sekitar 6 bulan, output pangkat IPDA
Bintara : 9.750 (9.150 Pria dan 600 Polwan) pendidikan sekitar 7 bulan. output pangkat BRIPDA
Tamtama : 1000 (750 Brimob dan 250 Polair) pendidikan sekitar 7 bulan, output pangkat BHARADA

Dari kuota tiap tahunnya, perhitungan komposisi penerimaan Polisi/tahun menurut golongan seperti berikut:
Tamtama : sekitar 9%
Bintara : sekitar 88%
Perwira: sekitar 3%

Jumlah personel kepolisian Indonesia ada sekitar 420 ribuan untuk hampir 250 juta penduduk Indonesia yang artinya rasio 1:580, 1 polisi untuk sekitar 580 masyarakat yang mana masih kurang dari batas rasio ideal minimal.

Menurut PBB, rasio ideal Polisi dan masyarakat adalah 1:400. Namun faktor besarnya jumlah penduduk dan keterbatasan anggaran tidak serta merta menjadikan penambahan anggota hal yang mudah, ada sarana lain yang juga harus tercipta untuk penambahan rasio.

Bisa baca artikel lain di sini: Rasio Polisi



Pesan saya, "jalur masuk polisi yang sah dan legal" tidak dipungut biaya!!. Kecuali itu calo, oknum, atau anggota gadungan. Karena seperti Hukum Ekonomi yang kita ketahui, dimana ada permintaan (Demand) maka akan muncul penawaran (Supply). Selama masih ada orang tua yang merasa bahwa dengan suap bisa memuluskan anaknya, maka akan muncul juga niat oknum untuk menawarkan jasa ilegal tersebut. Kalau begitu, hanya akan memunculkan anggota-anggota yang bermental "balik modal" ketika bekerja dan akan meneruskan generasi oknum-oknum lainnya. Tinggal kalian sebagai orang tua maupun calon siswa, "bangga" memasukkan anaknya dengan cara kotor atau "bangga mendidik anaknya" untuk masuk dengan cara yang terhormat?.





TAMTAMA


Cukup dengan pendidikan SETA (Sekolah Tamtama) 7 bulan saja. Tanpa ada seleksi Tes Akademik, cukup tes Pemeriksaan Kesehatan (Rikkes) 1 dan 2, Tes Psikologi dan Tes Jasmani.




Dari yang pertama:

BHARADA : Bhayangkara Dua

BHARATU : Bhayangkara Satu

BHARAKA : Bhayangkara Kepala

ABRIPDA : Ajun Brigadir Polisi Dua

ABRIPTU : Ajun Brigadir Polisi Satu

ABRIP : AJun Brigadir Polisi

Naik perpangkatnya sekitar 4 tahuan kalau tanpa catatan buruk selama berdinas




BINTARA


Cukup dengan pendidikan SEBA (Sekolah Bintara) 7 bulan saja. Mirip seleksi Tamtama, namun ada tes Akademik. Seleksi hanya di tingkat daerah (Polda) karena SPN ada di tiap daerah, dan kuotanya paling banyak.


 BRIPDA : Brigadir Polisi Dua
BRIPDA, setelah 4 tahun menjadi

 BRIPTU: Brigadir Polisi Satu
BRIPTU, setelah 4 tahun menjadi

BRIGPOL: Brigadir Polisi
 BRIGADIR, setelah 4 tahun menjadi

 BRIPKA: Brigadir Polisi Kepala
BRIPKA, setelah 5 tahun menjadi



BINTARA TINGGI


 AIPDA: Ajun Inspektur Polisi Dua
AIPDA, setelah 2 tahun menjadi

AIPTU: Ajun Inspektur Polisi Satu
Setelah AIPTU, kalau tidak lanjut SAG (Sekolah Alih Golongan) atau SETUKPA (Sekolah Pembentukan Perwira), sampai pensiun kemungkinan akan tetap AIPTU. Lanjut sekolah SAG dan Setukpa pun ada persaingan seleksi dan kuotanya, berarti tidak semua Bintara bisa berkesempatan lolos pendidikan lanjutan.

Jadi, jangan heran kalau di lapangan sering lihat anggota Bintara yang sudah lumayan bapak-bapak, punya atasan Perwira Pertama (Pama) masih muda, itu kemungkinan karena atasannya dari pendidikan Akpol atau SIPSS dan bapak anggotanya mungkin belum berkesempatan lanjut sekolah polisi. Hanya sempat merasakan pendidikan 7 bulan Bintara di awal (SEBA).






Nah selanjutnya golongan pangkat Perwira:

Untuk golongan Bintara yang memenuhi syarat untuk melanjutkan SAG (Sekolah Alih Golongan) Perwira, Setukpa, ataupun Lulusan S1 yang menempuh SIPSS bisa lanjut karir naik ke golongan Perwira.

Untuk lulusan Akpol, pangkatnya langsung dimulai dari sini (Perwira Pertama):



PERWIRA PERTAMA (PAMA)

Untuk pendidikan AKPOL 4 tahun. Seleksi nya bertingkat mencakup semua, Akademik, Psikologi, Kesehatan, Jasmani dll, mulai dari seleksi panitia daerah (Panda) di tiap Polda. lanjut ke seleksi pusat. Setelah itu ada eliminasi lagi ke tahap Sidang Panitia Pembentukan Akhir (Pantukhir). Kuota hanya 250 laki-laki dan 50 perempuan, se-Indonesia, dan kesemua 34 provinsi di NKRI ada kuota daerahnya dan terbatas. Mungkin hanya 5-10 orang saja kuota per Provinsinya.

Untuk pendidikan SIPSS, hanya ada kuota 50 Sarjana se-Indonesia dan beberapa dibutuhkan profesi dokter umum, gigi, atau spesialis untuk di Dokter Polisi/Dokpol, Dokkes, RS Bhayangkara, Forensik, Labfor dll. bahkan ada kebutuhan S2 Psikologi dan S2 Kedokteran Forensik. Sekolah pembentukan perwira sekitar 6-7 bulan di lingkungan Akpol Semarang, dan hanya jurusan tertentu saja yang dibutuhkan setiap tahun berganti-ganti kebutuhan.



IPDA: Inspektur Polisi Dua
IPDA, Setelah 3 tahun menjadi 

 IPTU: Inspektur Polisi Satu
IPTU, setelah 6 tahun menjadi

 AKP: Ajun Komisaris Polisi
AKP, setelah 2 tahun menjadi Pamen, dengan catatan sudah selesai sekolah PTIK/Sespimma 



PERWIRA MENENGAH (PAMEN)


Mulai dari tahap pamen ke atas, lama kenaikan pangkatnya tidak ada waktu yang pasti, karena posisi job untuknya semakin sedikit (kurva piramida, makin tinggi pangkat, makin sedikit kebutuhan posisi job nya). Kalau mau cepat karir, lanjut Sespim, S1, S2, Sespimti/Lemhanas bahkan beberapa Perwira Tinggi juga kuliah S3, juga melihat kinerja dan rekam jejak.




Waduh lama juga ya, pendidikan dan sekolah terus kalau mau jadi petinggi di Polri?

Semua organisasi instansi selain Polri pun petingginya harus berwawasan dan pintar koq..

Nah, itu sebabnya pendidikan itu berharga, penting dan menentukan karir masa depan kita. Makanya, sekolah lah yang tinggi jika kamu mau jadi pegawai sektor publik atau kerja untuk orang lain/perusahaan. Pengusaha sekali pun alangkah lebih baik kalau juga berpendidikan tinggi koq. Gak akan rugi, justru akan membuat pengetahuan, pola pikirnya lebih luas dan kritis, investasi jangka panjang, serta status sosial yang meningkat.


KOMPOL: Komisaris Polisi


 AKBP: Ajun Komisaris Besar Polisi


KOMBES POL: Komisaris Besar Polisi

Bapak KOMBES POL Rikwanto pernah dikenal masyarakat karena pernah menjabat posisi Kabid Humas Polda Metro Jaya. Beliau adalah lulusan Akpol 1988, satu angkatan dibawah ayah saya yang lulusan tahun/Leting 1987. Karena bagian Humas memang divisi yang akan sering berinteraksi dengan masyarakat dan wartawan pencari berita, makanya jabatan ini jadi sering tampil di TV.

Keterangan: di Akabri (Akmil dan Akpol) biasanya angkatan/ Leting bukan melihat tahun masuknya, tapi tahun lulusnya, karena Taruna Taruni Akmil dan Akpol diprogram untuk lulus tepat waktu 4 tahun untuk segera siap dinas ditempatkan menyebar ke seluruh daerah di Indonesia. Ayah saya lolos seleksi tes masuk Akabri tahun 1983 setelah tes masuk sebelumnya di tahun 1981 sempat gagal di tahap-tahap akhir. Dan lulus tahun 1987 dengan nama angkatan Rekonfu (1987).

Jika sudah sampai pada pangkat Kombes Pol maka jabatan yang tersedia ada di tingkat Polda (Provinsi) atau Mabes Polri (Nasional). Pada tahap Kombes Pol, dalam struktur Pegawai Negeri adalah setara Eselon II B. Kombes Pol juga mungkin masih ditempatkan di tingkat Polres Kota Besar ibukota Provinsi sebagai Kapolrestabes. Untuk di tingkat Polda, mungkin menempati Kepala Direktorat (Direktur), Kepala Biro (Karo), Inspektur Pengawasan Daerah (Irwasda) bahkan sampai Wakapolda provinsi tipe B. Rincian posisi yang ditempati level Kombes Pol adalah dibawah ini. Rata-rata mulai dari Kombes angkatan lebih senior hingga yang belum lama Kombes, tapi sering juga angkatan yang tidak seberapa jauh dibawah mengemban amanah jabatan yang tanggung jawabnya lebih dari beberapa senior angkatannya, kembali ke masalah potensi kinerja dan prestasi:

1. Wakapolda (Wakil Kepala Kepolisian Daerah tipe B) *Wakapolda provinsi tipe A/A+ Brigjen Pol
2. Irwasda / Itwasda (Inspektorat Pengawasan Daerah Polda)
3. Karo Ops (Kepala Biro Operasi)
4. Karo Rena (Kepala Biro Perencanaan)
5. Karo SDM (Kepala Biro Sumber Daya Manusia)
6. Karo Sarpras (Kepala Biro Sarana Prasarana)
7. Kaset RBP DA (Kepala Reformasi Birokrasi Polri Daerah)
8. Kadit Intel (Direktur Intelijen)
9. Kadit Reskrimum (Direktur Resort Kriminal Umum)
10. Kadit Reskrimsus (Direktur Resort Kriminal Khusus)
11. Kadit Narkoba (Direktur Narkotika dan Obat-obatan Terlarang)
12. Kasat Brimobda (Kepala Satuan Brigade Mobile Daerah)
13. Kadit Binmas (Direktur Pembinaan Masyarakat)
14. Kadit Sabhara (Direktur Samapta Bhayangkara)
15. Kadit Lantas (Direktur Lalu Lintas)
16. Kadit Pam Obvit (Direktur Pengamanan Objek Vital)
17. Kadit Polair (Direktur Polisi Perairan)
18. Kapolrestabes/Kapolresta (Kepala Kepolisian Resort Kota Besar)

Ada tambahan beberapa jabatan Kombes Pol yang di provinsi tipe B seorang AKBP, namun di provinsi tipe A/A+ butuh seorang Kombes Pol :
1. Kabid Propam (Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan Internal)
2. Kabid Humas (Kepala Bidang Hubungan Masyarakat)
3. Kabid Hukum (Kepala Bidang Hukum)
4. Kabid Tipol (Kepala Bidang Teknologi Informasi Polisi)
5. SPKT (Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu)
6. Ka SPN (Kepala Sekolah Polisi Negara)
7. Kabid Keu (Kepala Bidang Keuangan)
8. Kabid Dokkes (Kepala Bidang Kedokteran Kesehatan)

Selengkapnya Struktur Organisasi Polri cek tautan dibawah ini:
https://www.polri.go.id/tentang-struktur.php

Ayah saya mencapai Kombes Pol sekitar 2007 akhir atau 2008 awal saya agak lupa, sampai 2014 ini pun masih Kombes, meski 2011 sudah lulus sekolah Sespimti dan S2. Beliau terakhir kali pernah tiga kali menjabat ITWASDA/IRWASDA di 3 provinsi berbeda, diselingi pernah dua kali penempatan staff ITWASUM Mabes Polri. Pernah Itwasda di salah satu provinsi di pulau Jawa, di Maluku Utara sampai di salah satu provinsi di pulau Sumatera. Irwasda adalah orang ke-3 di wilayah Polda (Provinsi) yang menyelenggarakan pengawasan, pemeriksaan umum dan perbendaharaan di lingkungan Polda, termasuk satuan-satuan non struktur yang ada di bawah pengendalian Kapolda. Singkatnya mengawasi jajaran Polresta, Polres, sampai ke Polsekta/Polsek di provinsi tersebut. Kalau ibarat di pemerintahan provinsi, ada Sekda Provinsi yang merupakan unsur pembantu pimpinan dan pelaksana staf dibawah Gubernur dan Wakil Gubernur.



Tambahan: Untuk jabatan anggota pun dibedakan untuk yang bersifat komando memiliki garis tepi merah, sedangkan yang staff tidak bergaris tepi merah. Bersifat komando seperti untuk wakil kepala dan kepala satuan (Waka/Ka di Polsek, Polres, Polda, dan beberapa petinggi di Mabes hingga Waka/Kapolri)
Tanda pangkat perwira pertama dan menengah




PERWIRA TINGGI (PATI)

Sekarang masuk ke jajaran Jenderalnya, mulai dari Bintang 1 sampai Bintang 4. Jajaran pangkat ini bisa dikatakan golongan "Pangkat Jenderal", jumlahnya di Indonesia sedikit sekali dan setidaknya menduduki jabatan Wakapolda, Kapolda atau posisi strategis pejabat utama di Mabes Polri. Paling banyak berkantor di Mabes Polri. Yah, di Mabes Polri emang banyak Jenderalnya, bertabur bintang hehe. Namun ada juga Jenderal yang non job/tanpa jabatan di Mabes Polri karena sudah terlalu banyak yang jadi Pati sedangkan posisi jabatan lebih sedikit. Beberapa bisa beruntung menyambung karir dengan penugasan ke luar struktur POLRI seperti: BNN, BIN, BNPT dll.

BRIGJEN POL: Brigadir Jenderal Polisi


Diatas adalah foto pak Boy Rafli Amar, beliau adalah lulusan Akpol tahun 1988 sama dengan pak Rikwanto, namun karir dan pangkatnya cukup cepat mendahului rata-rata teman seangkatannya, bahkan angkatan atasnya termasuk mendahului ayah saya. Hal ini biasa terjadi di POLRI, yang kinerjanya dirasa baik, mungkin saja naik pangkat lebih cepat.

Hikmah yang bisa diambil:
"Juniormu sekarang, bukan tidak mungkin akan melampaui karirmu atau jadi atasanmu suatu saat nanti. Jadi tidak usah merasa bangga dengan senioritas apalagi sampai ada perpeloncoan dalam pendidikan, karma itu ada kawan."

Jumlah Brigjen Pol aktif yang saya tahu hanya ada sekitar hampir 120an orang se-Indonesia. Sebagai Kapolda, atau Wakapolda provinsi besar dan hampir semua sisanya berdinas di Mabes Polri.


IRJEN POL: Inspektur Jenderal Polisi
Irjen Pol Drs. H. M. Tito Karnavian, M.A., Ph.D.

Foto Jenderal Bintang Dua diatas adalah foto pak Tito Karnavian. Mantan Kapolda Papua yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan ini adalah salah satu Polisi berprestasi yang memiliki kenaikan pangkat yang luar biasa. Bisa dilihat, beliau sudah mencapai IRJEN meskipun terbilang masih muda untuk ukuran Jenderal bintang dua, dan melampaui banyak sekali seniornya, serius!!. Beliau lulusan Akpol angkatan 1987, teman seangkatan sekaligus teman dekat ayah saya semasa Taruna hingga kini.

Prestasi terbaik beliau adalah menangkap putra mantan Presiden Soeharto, Tommy Soeharto dalam kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiudin Kartasasmita karena si korban menolak disuap Tommy Soeharto yang ketahuan banyak korupsi (2001) dan memimpin Densus 88 dalam pembongkaran jaringan teroris Dr. Azhari (Batu, Jatim, November 2005) dan penyergapan jaringan teroris Noordin M. Top (Solo, September 2009). Tidak heran ayah saya menyebut beliau sebagai salah satu Polisi terbaik saat ini. Dan menurut saya beliau punya kemungkinan yang besar jadi calon Kapolri suatu saat nanti, secara obyektif, (entahlah kalau secara politik).

Anak mantan Presiden 32 tahun orde baru yang korupsi dan suap dari banyak proyek bapaknya saja sampai tertangkap, padahal jaman dulu ayahnya otoriter dan ditakuti, jarang yang berani menindak keluarga Cendana. Tapi kalau saya baca sejarah, rekam jejak anak-anaknya mantan Presiden orde baru dulu parahnya lumayan banyak yang berkasus, korupsi dll. Kacau juga ya,, Selain itu banyak kerajaan bisnis dan proyek yang didapat semasa ayahnya menjabat dulu, jadi instan dan mudah aja nepotisme. *penyadar untuk anak pejabat yang mau instan dengan nepotisme dan dapat proyek tapi tidak jujur dan berkompetensi. Jadi, masih yakin dengan meme "Piye, isih enak jamanku to? "(Gimana, masih enak jamanku kan? #BahasaJawa. Kalau Anda-Anda yang di pulau Jawa mungkin merasakan pembangunannya cepat pada waktu itu, tidak seperti yang di luar Jawa, apalagi Indonesia Tengah dan Indonesia Timur dulu, timpang!!. Itu sebabnya kalimat meme nya dalam bahasa Jawa. Semoga pemerintahan yang sekarang mau memperbaiki ketimpangan di pemerintahan masa lalu dengan mau lebih prioritaskan luar Jawa. Karena Indonesia bukan cuma Pulau Jawa saja bro. Cukup Presidennya aja yang selalu orang Jawa, kecuali B.J. Habibie, itu pun cuma setahun lima bulan.

Sekedar info, selepas lulus SMA, pak Tito lolos seleksi di 4 perguruan tinggi sekaligus. Mulai dari lolos AKABRI, Kedokteran Universitas Sriwijaya (UNSRI) Palembang, Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja, hingga Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN). Empat-empatnya lulus seleksi, namun hati beliau memilih ABRI dan menjadi seorang polisi hebat seperti sekarang ini. Juga karena pendidikan Akabri dibiayai negara, beliau merasa tidak akan terlalu memberatkan keuangan keluarganya jika memilih Akabri pada waktu itu. Sungguh luar biasa, rasanya kita bisa banyak belajar dari alumnus terbaik Akpol Leting 87 ini.

Dan saya yakin, dengan kapabilitasnya, tidak lama lagi beliau akan cepat naik ke bintang tiga (Komjen Pol). Saya ingat betul bagaimana sosok beliau, terlebih waktu bertemu semasa saya SMA ketika beliau masih Brigjen Pol, bersama keluarganya mampir berkunjung ke kediaman keluarga saya. Dari situ saya yakin beliau salah satu stock Polisi berprestasi baik yang dimiliki negara ini saat ini.

Jumlah Irjen Pol yang aktif di Indonesia yang saya tahu hanya ada 30an orang se-Indonesia. Hanya Kapolda di Provinsi tipe A dan hampir semua sisanya berdinas di Mabes Polri.

Provinsi "Tipe A atau A+" padat penduduk/rawan/luas dengan Kapolda bintang dua yang saya tahu sampai saat ini:
1. Metro Jaya (Metropolitan Jakarta Raya)
2. Jawa Barat
3. Jawa Tengah
4. Jawa Timur
5. Bali
6. NAD (Nanggroe Aceh Darussalam), sejak 2009 berubah nama jadi provinsi "Aceh"
7. Sumatera Utara
8. Sumatera Selatan
9. Kalimantan Timur dan Utara (pemekaran provinsi baru, maka masih satu Polda)
10. Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar, masih terhitung pemekaran baru)
11. Papua (Dulunya satu dengan prov.Papua Barat, sekarang Papua Barat sudah punya Polda sendiri dipimpin Brigjen Pol)

Provinsi yang masih tipe B sangat mungkin suatu saat naik jadi tipe A dan dipimpin Irjen Pol serta wakilnya Brigjen Pol

KOMJEN POL: Komisaris Jenderal Polisi


Komjen Badrodin Haiti diatas, adalah Wakapolri saat ini (sejak 2014)  dan merupakan alumnus terbaik Akpol Leting 1982 (Meraih Adhi Makayasa). Sebelumnya, beliau sudah pernah menjabat sebagai Kapolda di beberapa Provinsi, mulai dari menjabat Kapolda Banten, Kapolda Sulawesi Tengah, Kapolda Sumatra Utara, dan Kapolda Jawa Timur, dan akhirnya sejak 2014 menjadi Wakapolri yang pengangkatannya diumumkan sendiri oleh Kapolri saat itu, Jenderal Sutarman. Jumlah Jenderal Bintang 3 yang aktif di POLRI biasanya kurang dari sepuluh orang.

Pak Badrodin Haiti ini dulunya tahun 2004 atasan langsung ayah saya, ketika ayah saya Kapolres Semarang Barat, beliau Kapolwiltabes Semarang nya (2004 dulu masih pakai penamaan Polwiltabes, sejak 2010 jadi Polrestabes). Tapi, karena selisih 5 tahun Leting di atas ayah saya (1982 dan 1987) tentu tidak menjadikan ayah saya sempat bertemu atau dekat selama di pendidikan Akabri Polisi. Ayah saya masuk 1983 ketika beliau sudah setahun yang lalu lulus pendidikan 1982. Baru kenalnya setelah jadi atasan langsung 2004 itu saja.

Yang baru saya tahu pernah ada 8 jabatan saja yang dihuni Komjen Pol:
1. Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia (WAKAPOLRI)
2. Inspektorat Pengawasan Umum Mabes POLRI (IRWASUM) Orang nomor 3 di POLRI
3. Kepala Badan Intelijen Keamanan Mabes POLRI (KABAINTELKAM)
4. Kepala Badan Pemeliharaan Keamanan Mabes POLRI (KABAHARKAM)
5. Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes POLRI (KABARESKRIM)
6. Kepala Lembaga Pendidikan Kepolisian (KALEMDIKPOL)
7. Kepala Badan Narkotika Nasional (Kepala BNN)
8, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (Kepala BNPT)

Untuk yang nomor 1-6 adalah jabatan di dalam struktur MABES POLRI, jika ada Komjen Pol lainnya, ada di luar struktur Mabes Polri seperti Kepala BNN, BNPT, BIN dll.



JENDERAL POLISI
Pangkat yang hanya dimiiki oleh/pernah menjabat Kapolri
atau istilah lainnya TB1 (Tri Brata 1)



Jenderal Polisi Sutarman, dilantik sebagai Kapolri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 25 Oktober 2013. Jenderal bintang empat asal Sukoharjo ini adalah alumnus Akpol angkatan 1981 yang berasal dari keluarga Jawa yang sederhana. Beliau memang berasal dari keluarga yang kurang mampu. Beliau pernah bekerja sebagai kuli bangunan dan berjualan bambu keliling sebelum masuk Akabri. Kerja keras dan perjuangannya membuat saya sangat mengagumi dan menghormati beliau. Beliau pernah menjadi Ajudan Presiden Abdurrahman Wahid (alm. Gus Dur). Beliau mengganti jabatan Kapolri dari pendahulunya Jenderal Purnawirawan Polisi Timur Pradopo. Purnawirawan adalah gelar untuk para pensiunan polisi atau tentara yang sudah tidak aktif lagi dalam kemiliteran. Dalam kemiliteran, rasa hormat sangat dijunjung tinggi dan masih akan dihormati meski telah pensiun sekalipun.


Sedikit foto dan cerita tentang pak Sutarman
https://instagram.com/p/yTmtpGBw1r/?modal=true
https://instagram.com/p/yPTX-MhwzM/?modal=true
https://instagram.com/p/yHlYAihw1a/?modal=true

Pengingat: Kedudukan Kapolri/Panglima itu hanya setara menteri saja, masih di bawah Menko (Menteri Koordinator) khususnya Menko Polhukam (Politik Hukum dan Keamanan), dan tentu saja masih di bawah Wapres apalagi Presiden. Ibarat pangkat militer, Presiden itu setara bintang 5.

Dari perhitungan kasar di atas, maka jumlah Perwira Tinggi yang aktif dalam POLRI dan struktur POLRI kemungkinan tidak sampai 200 se-Indonesia, dari sekitar hampir 430.000 polisi Indonesia, persentasenya bisa hitung sendiri. Itu bahkan tidak sampai sejumlah kuota seangkatan Akpol yang 300 setiap angkatan. Maka dari itu jika ada yang bisa pensiun dalam pangkat Pati (Perwira Tinggi), itu "Seleksi Alam" dan perjuangan yang sangat sulit.


Dan masih ada beberapa perwira tinggi lainnya di luar struktur POLRI yang luput belum saya tahu jumlahnya di BNN, BNPT, KPK, Dephan, Polhukam, BIN, Basarnas, Lemhanas, Watannas, Interpol, Atase, Bakamla dll tapi biasanya tidak banyak.

Sejak tanggal 1 Januari 2001, Urutan pangkat kepolisian RI telah diubah, mengikuti dari surat keputusan Kapolri No. Pol: Skep/1259/X/2000, tertanggal 3 Oktober 2000. Dan berikut adalah urutan pangkat polisi yang sekarang ini di pakai di NKRI dan juga perbandingan nama pangkat yang lama. Penamaan pangkat Polri yang lama (sebelum 2001) sebenarnya sama seperti pangkat TNI AD yang masih digunakan hingga sekarang.

 Perbandingan pangkat POLRI dulu dan sekarang




Pangkat TNI hingga sekarang




Perbedaan Istilah Kepangkatan antara TNI AD dengan TNI AL dan AU yaitu pada golongan Perwira Tinggi (Jenderal) nya. Di Indonesia hanya pernah ada tiga Jenderal besar (penghargaan bintang lima) yang tercatat dalam sejarah yaitu Jendral Besar Soedirman, Soeharto dan A.H. Nasution.




Untuk rincian jabatan bagi Perwira Tinggi POLRI, saya menemukan tautan informasi jabatan-jabatannya, silakan cek disini:
http://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000013771618/perwira-tinggi-polri-aktif--jabatan-update/



PENDIDIKAN PENGEMBANGAN (DIKBANG)

Untuk mencapai tingkat Pati (Perwira Tinggi) seperti diatas pun tidak cukup hanya sekolah sampai Akpol, SIPSS, Setukpa atau SAG Perwira saja. Masih banyak pendidikan pengembangan yang harus ditempuh untuk karir pada level yang lebih tinggi, yaitu:

a. Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) / PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian)
   Pendidikan pengembangan bagi para Perwira Polisi yang telah memenuhi syarat administrasi, kesehatan, jasmani, intelektual dan psikologi guna menjalani pendidikan selama 2 tahun di Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian (STIK) Jl. Tirtayasa No.6 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dengan gelar kelulusan Sarjana Ilmu Kepolisian (S.IK)

b. Sekolah Staf dan Pimpinan Pertama (SESPIMMA)
   Pendidikan pengembangan bagi para Perwira Polisi yang telah memenuhi syarat administrasi, kesehatan, jasmani, intelektual dan psikologi guna menjalani pendidikan selama  4 bulan di Sekolah Staf dan Pimpinan Pertama (Sespimma) Jl. Ciputat Raya No. 40 Pondok Pinang, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan

c. Sekolah Staff dan Pimpinan Menengah (SESPIMMEN)/SESPIM
Pendidikan pengembangan bagi para Perwira Menengah Polri (khususnya Kompol dan AKBP) yang telah memenuhi syarat administrasi, kesehatan, jasmani, intelektual dan psikologi guna menjalani pendidikan selama  7 bulan di Sekolah Staf dan Pimpinan Polri Jl. Maribaya Lembang , Bandung Jawa Barat.

d.Sekolah Staf dan Pimpinan Tinggi (SESPIMTI) / SESPATI
   Pendidikan pengembangan bagi para Perwira Menengah Polri berpangkat Komisaris Besar (Kombes Pol) yang telah memenuhi syarat administrasi, kesehatan, jasmani, intelektual dan psikologi guna menjalani pendidikan selama 6 bulan di Sekolah Staf dan Pimpinan Polri di Jl. Maribaya Lembang, Bandung Jawa Barat.
   SESPIMTI atau SESPATI ini adalah semacam tiket awal untuk menuju promosi Perwira Tinggi (Brigjen Pol). Tentu akan semakin susah persaingan untuk menempuh sekolahnya, hanya boleh dua tahun (2 kali) mencoba tes. Selain semua pendidikan pengembangan diatas, banyak Polisi yang juga mengambil kuliah strata S1 sampai S2 untuk menunjang ilmu dan karirnya. Dan Alhamdulillah ayah saya sudah menempuh SESPIMTI tahun 2011 yang lalu setelah sempat gagal di tes masuk SESPIMTI yang pertama tahun 2010, juga sudah selesai mengambil studi S1 dan S2. Namun sayangnya beliau sudah lelah untuk sekolah S3 lagi, juga karena faktor usia. Setidaknya sudah sekolah perwira tinggi, Insha Allah tinggal menunggu waktu untuk bisa ke jajaran perwira tinggi/bintang.

   Walau telah melalui semua sekolah pengembangan yang ada di atas, tidak otomatis segera menjadi Perwira Tinggi. Hanya saja, promosi ke Perwira Tinggi selebihnya adalah masalah waktu dan kesempatan yang menentukan, serta tentunya kinerja, rekam jejak karir dan prestasi.



Intermezzo: Kasus Damai di Tempat, Salah Penyuap atau yang Menerima Suap?

Mungkin ini salah satu yang cukup sering terjadi di masyarakat. Oknum polisi yang korup, contohnya waktu menilang pelanggar lalu lintas. Saya telah lama mengamati, dan jika kita lihat secara obyektif maka ada dua kemungkinan bagi petugas polisi dan ada dua pilihan bagi pelanggar lalu lintas.

1. Contoh kasus Polisi yang menerima suap (polisi korup)
P :  Mas, karena tadi nerobos lampu dan tidak bawa surat-surat, jadi saya akan kasih surat tilang,
A : Tunggu pak, saya ga sengaja, saya beneran minta maaf. Kalau damai ditempat aja gimana pak, Saya ga bakal ngulangi lagi
P  : Emang kamu ada uang berapa?
A : Adanya segini pak *keluarin uang 50 ribu
P :  #tergiur Ya sudah, lain kali jangan diulangi, sekarang kamu boleh jalan lagi sana,
B : Kenapa kamu bro?
A : Sebel aku, kena tilang, habis 50 ribu. Sialan tuh polisinya!


2. Contoh kasus polisi yang tidak mau nerima suap (polisi jujur)
P :  Mas, karena tadi nerobos lampu dan tidak bawa surat-surat, jadi saya akan kasih surat tilang,
A : Tunggu pak,saya beneran minta maaf, kalau ditilang saya gak bisa kalau ga ada motor pak. Kalau damai ditempat saja gimana pak? *keluarin uang 50 ribu
P: Maaf mas, tolong jangan suap saya, peraturan ya  peraturan, jadi tetap saya tilang. Jadi ikutin aja prosedurnya.
B : Kenapa kamu bro?
A : Kena tilang, surat-surat ditahan, sama mesti bayar denda ke bank. Sialan tuh polisinya!

Kalo kata Raisa, itu polisi jadi "Serba Salah", nerima gak nerima suap tetap kena maki dan dibenci. Kita perlu apresiasi yang jujur menolak suap, dan mengubah kebiasaan buruk jalan pintas untuk menyogok, sadar dan patuh pada aturan.


 Penjelasan:
Kasus suap terjadi karena ada pihak yang menerima suap dan yang memberi suap. Pelanggar yang memberi uang suap dan petugas yang menerima suap sama-sama bersalah. Namun seringkali si pelanggar/penyuap tidak sadar kalau juga turut berperan dalam perilaku korupsi. Untuk bahasannya silakan unduh UU no 11 tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap di http://www.hukumonline.com/pusatdata/download/lt4c333288ee481/node/22473

Jadi jelas bahwa baik yang memberi suap dan menerima suap sama saja dengan berperilaku korupsi.

Dalam hal ini si pelanggar punya dua pilihan dalam benaknya:
1. Pilihan untuk menyuap agar damai di tempat biar gak ribet.
2, Pilihan untuk menolak tawaran damai ditempat/tidak mau menyuap tapi ikut prosedur tilang: bayar denda tilang ke pemerintah, mungkin jauh lebih mahal dari menyuap "damai" petugas.

Tapi sayangnya ternyata sifat orang Indonesia masih banyak yang malas dan gak suka repot sehingga masih banyak sekali yang menyuap petugas agar "damai", namun herannya habis itu tetap mengata-ngatai petugas tersebut korup. Lantas apa si penyuap tidak termasuk korup? Ini tidak hanya terjadi di lembaga Polri. Suap, korupsi dan pungli di institusi lain juga banyak sekali terjadi, seperti oknum pegawai publik lainnya yang memperlambat proses dan hanya mempercepat jika dibayar/suap, yang banyak bolos tidak masuk kerja setelah libur panjang, calo, pejabat korupsi proyek yang dikurangi spesifikasi mutunya, mark up anggaran dan segala kebobrokan orang Indonesia bedebah lainnya yang sampai hapal kita temui sehari-hari.

Dan ini salah satu yang saya sangat sesalkan tentang sebagian besar orang Indonesia, mentalnya peminta-minta bak pengemis sampai banyak sekali pungli dimana-mana. Prosedur tidak ada yang singkat kawan, semua ada tahapnya. Sifat malas kita inilah awal dari korupsi. Jadi jangan memberikan sepeser uangpun untuk menyuap petugas agar kita lepas dari hukuman. Ingat nama dan pangkat oknum petugas yang mencari kesempatan, laporkan. Yang lebih baiknya lagi adalah dengan tidak melanggar, dengan begitu tidak akan ada kesempatan bagi aparat nakal tersebut untuk korup.

Selan pungli, mengambil yang bukan haknya juga termasuk korupsi. Satu saja contoh yang sering saya temui di dunia perkuliahan saya, misalnya korupsi dengan mengambil jatah beasiswa yang bukan haknya. Padahal dia mampu, tapi bisa mencurangi kriteria sehingga dianggap layak untuk mendapat beasiswa yang seharusnya untuk anak kurang mampu (misal Bidik Misi). Yang seperti itu ada,,dan banyak..! Pernah juga saya kenal orangnya dan memang dari keluarga yang mampu. Sungguh menzalimi jatah orang tidak mampu yang lebih membutuhkan pendidikan. Koruptor intelek bukan hal baru. Masih banyak kategori contoh korupsi yang tidak cukup waktu untuk saya sebutkan yang mungkin kita semua temui sehari-hari.

Mari jauhi kebiasaan ini dan bantu budayakan masyarakat jujur dan peduli. Peran masyarakat juga penting dalam menciptakan pemerintahan yang bersih. Be Gentlemen bro! Kalau kita melanggar mari mengakui kesalahan dan mengikuti prosedur yang berlaku. Ini satu langkah besar untuk membudayakan perilaku jujur. Percuma saja kita koar-koar ngaku anti korupsi, minta hukum koruptor seberat-beratnya tapi kalau melanggar masih menyuap petugas. Itu sama saja ibarat kamu pejabat, pas kampanye mendeklarasikan dengan tegas anti narkoba, tapi esoknya setelah dilantik ketangkap lagi pesta narkoba.



Coba cek Indeks Persepsi Korupsi Indonesia (CPI) yang termasuk terburuk di dunia di bawah ini: skor 37/100
https://www.transparency.org/country/IDN

Sebagai benchmark, 6 posisi teratas negara paling bersih dengan CPI terbaik adalah negara:
1. Denmark skor 91/100
2. Finlandia skor 90/100
3. Swedia skor 89/100
4. Selandia Baru skor 88/100
5. Belanda skor 87/100
6. Norwegia skor 87/100

"Jenius" sekali Belanda menjajah kita dan korupsi di Indonesia hampir selama "yang katanya sejarah sih" 3,5 abad tapi ternyata dia di negara sendiri sangat bersih dari korupsi dan sekarang jadi salah satu negara dengan CPI terbaik. Kita nya malah ga bergerak signifikan ke arah perbaikan karakter. Sangat mengecewakan, ternyata kita dibodohi sampai jauh setelah merdeka ini. Mereka seolah mengarahkan kita untuk jadi terbiasa korupsi sebagai strategi jangka panjang demi pembodohan negara kita jauh hingga hampir 70 tahun merdeka dan terus berlanjut. Pintar sekali "strategi" mereka dalam membodohi, bahkan sampai membuat kita rela melunasi hutang mereka (Hindia Belanda) dalam Konferensi Meja Bundar agar mau mengakui kedaulatan kita, yang mana kita bayar hutang mereka dulu, hutang mereka untuk membeli senjata ke Amerika Serikat (USA) demi menjajah kita, hutang majemuk yang berbunga di atas bunga lagi hingga saat ini yang trend nya selalu naik, bukan menurun. Ujung-ujungnya adalah Amerika Serikat lagi.. di atas negara dunia ketiga yang jadi negara sasaran demi keuntungan dan keadidayaan mereka.. Salut.. tak banyak yang sadar akan hal ini.. (pencerahan setelah saya kuliah Perekonomian Indonesia chapter bab Kolonial).



Saya jadi teringat kuliah dosen saya yang pro ekonomi kerakyatan 

"Kalian itu kuliah (tinggi-tinggi) di sini bukan mau jadi apa-apa selain jadi kader-kader Kolonialis"

- Kutipan seorang dosen langka yang kaum kiri sebagai miris beliau terhadap banyaknya orang berpendidikan tinggi di Indonesia yang setelah lulus, tujuannya mau memperkaya asing. Rela antri masuk ke perusahaan asing yang memperkaya negara asing itu sendiri dengan menyedot kekayaan alam Indonesia. Bangga mereka adalah karena nama besar perusahaan asing dan gaji besar, (meski yang paling diuntungkan dan diperkaya tetap saja bangsa asing itu sendiri dan segelintir elit dalam negeri) - Inilah Neokolonialisme, penjajahan masih ada meski bukan secara fisik, tapi secara sosial, politik, ekonomi, budaya dll.

"Walau pintar tapi yang ada dalam pikiran mereka tidak jauh dari kaya, rumah mewah, istri cantik atau suami ganteng, punya anak pun diusahakan nantinya mewarisi jabatan mereka sebagai jongos asing. Dan banyak lagi data-data lain yang akan membuat kita tercengang, tertawa, sekaligus sedih, betapa nestapanya negeri ini." - kutipan salah satu dosen

"Walau gaji yang mereka dapatkan itu besar, namun jika dibandingkan dengan kekayaan alam negeri ini yang disedot, sungguh tidak ada apa-apanya," - kutipan salah satu dosen

"Bisa dibayangkan, betapa bodohnya kita, lepas dari penjajahan fisik ke penjajahan ekonomi yang lebih parah" - kutipan salah satu dosen

Ada benarnya juga ya, tapi emang ada yang begitu koq.. Ada juga yang tidak menjadikan hal itu tujuan utama setelah lulus kuliah, itu juga baik.

Sumber daya alamnya milik kita - Perusahaan asing yang punya teknologi mengolahnya - Kita yang jadi konsumen dan  beli produk dari kekayaan alam kita sendiri - Yang dapat keuntungan paling besarnya jusru negara lain - Begitu terus siklusnya sampe alien datang main ke bumi...

Kalau menurut saya sih, semua kembali ke pilihan masing-masing, karena keterbatasan lapangan kerja juga menjadi salah satu kendala.



Oke, back to topic..

Intinya adalah selama masih ada praktik korupsi, kolusi dan nepotisme dalam masyarakat kita, negara ini tidak akan pernah maju, bahkan akan semakin tertinggal dan jauh dari sejahtera. Dan kita butuh banyak orang-orang dan pemimpin hebat yang mau mendobrak kebobrokan seperti ini untuk membentuk pemerintahan yang baik dan bersih, semoga itu ada dalam diri kita semua.


"Aku menantikan masa dimana masyarakat mematuhi peraturan bukan karena takut dengan sanksi, tapi karena kesadaran diri sendiri" - Haikal Ahmadi

Dan layaknya karakter terbelakang pelanggar Indonesia kebanyakan, mereka selalu berusaha mengelak dengan berbagai alasan meski sudah tahu ada salah. Alasan klasik picisan, mudah ditebak. Sama seperti karakter koruptor Indonesia yang tetap mengelak dan tak terlihat malu atau bersalah ketika ditangkap.

Alasan gak ada surat-surat, kelengkapan kendaraan, ga pake helm karena cuma dekat, dan lainnya. Sejak kapan di Undang-Undang keselamatan lalu-lintas memberi pengecualian berdasar jarak? Sudah begitu kadang malah lebih galak yang melanggar ketimbang petugas yang melakukan penertiban. Kurangnya pantauan dan didikan yang benar dari orang tua juga jadi faktor, melihat banyaknya pelanggar adalah usia anak sekolah yang belum cukup umur. Yang udah cukup umur aja masih banyak yang melanggar. Heran saya sama rendahnya kesadaran orang Indonesia. Sempat rasanya ingin pindah ke negara maju saja, yang lebih nyaman dan tertib masyarakatnya, tapi saya mencoba tetap cinta Indonesia, minimal dengan berusaha jadi warga yang tertib dan teratur.

Mungkin koruptor dulunya orang yang sering melanggar. Mengambil yang bukan haknya saja dia biasa saja, apalagi kalau sekedar melanggar. Dan korupsi di Indonesia itu luas, tidak hanya dalam dimensi materi, korupsi dalam dimensi waktu saja tinggi sekali di negara ini, kurang kesadaran untuk on time. Belum lagi korupsi dalam dimensi yang lain.

Tak akan bisa hanya mengandalkan KPK dan POLRI. Perlu kesadaran, inovasi, kecerdasan dan tindakan nyata segenap bangsa untuk mengangkat Indonesia ke level yang lebih tinggi dan dipandang bangsa lain sebagai salah satu yang terbaik



Sebelum menutup tulisan saya kali ini, dan seperti yang saya katakan tadi, profesi polisi adalah manusia juga, seperti aku, kamu dan mereka, yang tak sempurna. Mungkin masih banyak kekurangan dari para Polisi. Ada yang pro dan kontra itu wajar. Bagi yang kontra silakan membenci dengan cara yang positif. Bencilah para polisi dengan ajak semua orang di dunia dan dirimu sendiri berbuat baik, sehingga tidak ada lagi kejahatan, kriminal, kemacetan, pelanggaran, kecelakaan lalu lintas (penyebab kematian terbanyak), demonstrasi, kerusuhan supporter bola (pemuda ingusan labil), tawuran pelajar (generasi penerus bangsa kita), ujaran kebencian (dari orang yang tidak bijak dan tidak dewasa), penculikan, pembunuhan, narkoba, terorisme, radikalisme (orang yang memahami dan mengatasnamakan Tuhan dan Agama secara salah), korupsi (kasus besar, padahal yang kecil banyak terjadi di sekitar kita), dan kasus-kasus lainnya di muka bumi ini yang tak cukup saya tulis dalam waktu sehari. Disaat dunia aman tenteram seperti itu maka rasanya dunia sudah tidak memerlukan lagi profesi Polisi ataupun tentara. Sesimpel itukah? Ternyata tidak.. Aku sudah mencoba membenci polisi sebaik mungkin yang ku bisa, aku berbuat baik dan tak melanggar, tapi ternyata tetap masih banyak orang di dunia ini yang terus melanggar tata tertib, peraturan dan berbuat kejahatan sehingga profesi ini terus dibutuhkan. Aku pun menyerah.. ternyata aku tidak bisa membenci profesi ini, aku tidak bisa membayangkan bagaimana keamanan negara ini kalau tak ada mereka.. Tapi jangan di salah artikan juga bahwa kita jadi boleh melakukan tindak kejahatan biar polisi makin dibutuhkan, pemikiran tak sedangkal itu kawan..



Q: Kenapa di media sering sekali ada berita oknum anggota yang terlibat kasus?

Satu kasus oknum anggota yang diberitakan/diexpose media saja sudah sangat merusak citra anggota lainnya, disaat banyak anggota berprestasi lainnya yang luput diexpose media. Ya memang begitulah media. Begitu pula masyarakat kita, opini dan pengetahuan kita sehari-hari memang banyak dipengaruhi oleh media. Disaat mereka mati dalam tugas, seringkali luput atau jarang diliput. Hal ini sudah biasa karena berita seperti itu memang tidak terlalu menjual. Mereka bukanlah publik figur, artis, komedian ataupun selebriti yang jika mati akan diliput secara masiv oleh media dalam jangka panjang karena memang berita seperti itulah yang menjual dan ditunggu-tunggu oleh konsumen stasiun TV yang mayoritas masih awam. Apalagi industri media di negara kita mayoritas dikuasai pihak swasta yang tentunya berorientasi profit (laba) dan rating dengan mayoritas pemiliknyapun adalah petinggi partai politik, sehingga netralitas keberpihakan pemberitaannya pun masih dipertanyakan. Intinya, oknum memang ada dan wajar saja jika diliput media, namun jangan lupakan juga bahwa masih banyak juga di luar sana para petugas yang baik dan bekerja keras menjaga keamanan di masyarakat.

Dan, semua pendidikan termasuk polisi pasti mengajarkan kebaikan, namun kembali setelah keluar dari pendidikan, tidak menjamin watak tiap individu itu berubah dan berlaku sesuai yang diajarkan di pendidikan. Bahkan semua kitab suci pun mengajarkan/mengingatkan kebaikan, namun kembali ia tidak dapat mengubah watak suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mau berubah. Jangan salahkan profesinya, profesinya tidak salah, tapi siapa ia sebagai individunya lah yang bersalah sehingga di sebut oknum.

Dan selalu hati-hati dalam menerima berita dari media apapun. Ambil informasi yang berimbang, informatif, edukatif dan bermanfaat dari media, namun jangan mentah-mentah terbawa opini publik sebelum cek kebenarannya.

Berarti, orang yang bekerja di industri media (baik elektronik, cetak dll) bisa jadi berkontribusi besar, dan bisa juga jadi penyebar kebohongan besar. Tergantung yang disebarkan itu apakah kabar yang terbukti benar atau tidak. Jadi hati-hati kalau bekerja di media. Sekali memberi info yang salah, menjadi fitnah di benak jutaan orang, jelas dosa yang besar bro.. Namun kalau memberitakan viral tentang kebenaran, membongkar kasus oknum dan kebobrokan bangsa ini, media akan menjadi berpahala besar dalam perbaikan bangsa, salut..


Orang Indonesia mah gitu, gampang banget percaya, terprovokasi akun sosmed/link/situs/berita/forward-an yang belum tentu benar. Asal udah kepancing headline judulnya, langsung percaya, share, tanpa membuktikan fakta/fitnah. Dibaca sampai selesai pun kadang tidak. Udah gitu nama situsnya agak aneh-aneh kayak bukan situs instansi resmi dan terpercaya, domainnya .com pula, padahal gampang saja beli domain.com. Gampang aja bikin fitnah, tinggal bikin situs, tulis, unggah, sebar, jadilah fitness, eh fitnah, hehe..

Kalau sudah viral, seringkali akun tidak meyakinkan tersebut lalu hilang dan dihapus, makin kelihatan hoax nya. Kalau ia yakin menulis fakta kebenaran, bukan fitnah, tidak perlu sampai menghilangkan akun sosmed/situsnya. Kalau dalam kriminalitas, itu namanya kepergok, menghilangkan barang bukti, dan kabur.

Mudah saja kalau mau bikin berita hoax untuk memecah belah bangsa ini lalu di share. Saya juga bisa saja kasih data-data fakta kondisi ekonomi Indonesia yang sangat sensitif dapat memecah belah bangsa bila dibeberkan ke publik, mudah saja. Tapi tidak.. Saya tahu konsekuensinya.

Baik membagikan berita bohong provokatif maupun fakta (yang sensitif) sama-sama bisa menyebabkan perpecahan bangsa. Terkadang, lebih baik diam untuk menjaga kedamaian umat daripada bersuara untuk memicu perpecahan. Tak akan ada habisnya..

Menurut survey, instansi atau profesi yang paling dipercaya di Eropa adalah:
1. Kepolisian
2. Pengadilan

Menurut survey, instansi atau profesi yang paling dipercaya di Indonesia adalah:
1. Lembaga pendidikan tinggi / ahli, akademisi
2. Media (Segala media, entah yang terpercaya maupun tidak)

Sebaliknya, media  di Eropa termasuk peringkat yang paling tidak dipercaya publik! Karena warganya cerdas,sadar dan tahu bahwa isinya banyak propaganda dan tidak netral.

Pantas saja orang/mahasiswa Indonesia gampang aja nurut dan percaya dosennya, serta orang Indonesia gampang percaya berita-berita di Media. Survey menunjukkan, dua instansi paling dipercaya orang Indonesia adalah Lembaga Pendidikan Tinggi dan Media. Kekurangannya adalah, gampang saja orang Indonesia percaya dan diprovokasi media. Apakah kalian juga memilih itu jika harus menjawab survey tersebut?

Kesimpulannya, mari contoh sisi baiknya masyarakat negara maju. Jangan terlalu gampang percaya media berita, kecuali beritanya terbukti netral dan akurat. Terkadang, Headline atau Caption berita kita pun sudah terencana dibuat sedemikian rupa untuk memancing provokasi.

Gak capek apa dipecah belah provokasi dan propaganda melulu? Mulai cerdaslah memilah berita..

Dan kebencian, akan menjadi pemicu perpecah belahan, yang juga dapat mengarah kepada kebencian pada kondisi sekitar lalu merambat ke penyebaran paham radikalisme, kemudian terorisme jika tidak mampu berpikir dengan kepala dingin, gampang didoktrin, dan percaya berita mentah-mentah. Tak terkecuali faktor ekonomi yang juga jadi salah satu faktor kenapa orang jadi sangat mungkin tertarik ikut organisasi jaringan seperti itu. Karena bagi orang yang sudah punya kemapanan dan kesibukan, lebih sedikit kecenderungannya untuk meluangkan waktu ikut dan diajak paham-paham seperti itu, tentunya karena orang yang sudah mapan ekonominya akan lebih fokus bekerja sampai puncak karir, lagipula kerja pun adalah suatu ibadah, serta masih ingin hidup untuk berguna bagi sekitar, dan belum siap mati. Tentu saja (secara paham yang tepat) tidak ada yang menganjurkan mati dengan cara itu, membunuh orang-orang yang tidak bersalah dengan bawa nama keyakinan (apa pun agamanya). Tentu umat manusia sudah punah dari dulu kalau semua punya paham dan rasa kebencian yang seperti itu.

Karena dari yang saya baca di kitab keyakinan saya, "Barang siapa yang membunuh satu orang saja, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain atau karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruh umat manusia." Kalau dicermati, justru teroris/pembom itu sendirilah Orang yang membunuh orang lain dan membuat kerusakan dan rasa takut di muka bumi. Membunuh warga sipil yang tidak bersalah dan membuat citra agama yang saya anut jadi dibenci dunia Global bahkan jadi phobia. Para pembom/teroris di Indonesia ini kalau diteliti cenderung orang dengan mind set yang gampang terdoktrin, cenderung religius namun salah arah, siap mati (kecuali pimpinannya), tidak kritis, terpaku hanya pada sedikit dalil keras saja (dalil yang konteksnya zaman perang dulu) tanpa memahami dan membandingkan dalil lembut dalam konteks jaman aman sekarang, anti keberagaman, yang seiman namun tidak seideologi saja akan dibunuhnya. Seenaknya saja mengambil alih job desc Tuhan saja, sampai merasa berhak menentukan hidup mati seseorang tak bersalah.

Jelas sekali Tuhan tegas melarang tindakan kekerasan, pertengkaran apalagi pembunuhan, tapi kenapa masih ada yang membenarkannya. Nah disitulah pola pikir (mind set) kita berperan mencerna paham-paham mana yang benar dan mana yang salah.



Tambahan:

Bijaklah ditengah kemajuan teknologi dan media.

Dengan kemajuan teknologi dan media, kita bisa menjadi seorang yang fanatik suka hingga fanatik sangat benci dengan sosok yang bahkan kita tak pernah temui secara langsung. Mereka bahkan mungkin tidak tahu bahwa kita ada di dunia ini, ditengah kesibukan kita menghabiskan waktu untuk memikirkan mereka.

Dengan teknologi dan media yang semakin maju, kita bisa memilih ingin menjadi orang yang produktif dan membaca peluang untuk berpenghasilan besar, atau memilih untuk menjadi orang yang sangat konsumtif dan rugi besar.

Kesemuanya tergantung bagaimana kita menyikapi kemajuan ini dan hendak mengambil keputusan yang mana.

Apakah kita mau kemajuan pola pikir (mind set) kita tertinggal jauh dari kemajuan teknologi itu sendiri?

Yang notabene kemajuan teknologi tersebut mayoritas adalah buah pemikiran cerdas orang luar (produsen) yang mana kita hanya sebagai pelanggan setianya (konsumen) ?

Kalau saya melihat sebagian besar mind set orang Indonesia, ya.. tau sendiri lah..


Think Global, Act Local. 
Berpola pikir luas, bertindak sesuai budaya dan etika setempat. Sangat boleh berwawasan luas, tapi bertindaklah sesuai kearifan lokal. Jangan sebar pengaruh buruk pada generasi muda, terlebih kalau kamu lahir dan besar di negara yang berbudaya etis ini. Tidak ada yang sempurna, namun setidaknya janganlah menambah keburukan, dan sudah sebaiknya kita mengingatkan kebaikan.



Q: Kalau soal gaji polisi, bagaimana mas?

Saya tidak akan pernah bilang bahwa rata-rata gaji pegawai sektor publik seperti PNS, TNI atau POLRI itu besar, sebab masuk POLRI/TNI/PNS itu "Pengabdian dan Pelayanan Publik". Kalau pun ada yang terlihat mapan, mungkin emang udah pemberian dari kerja keras orang tuanya. Saran saya, kalau mau masuk polisi hanya karena berorientasi pada gaji besar, lebih baik batalkan niat rekan-rekan. Tapi jangan sampai punya mind set mending masuk polisi daripada nganggur dan kalau kuliah lulusnya lama bertahun-tahun, sedang polisi ikatan kerja. Ntar cuma jadi anggota pasif yang gak proaktif mencari kesibukan dan cuma rajin selfie narsis di socmed doang habis itu gak tau mau ngapain karena bukan berniat untuk mengabdi, cuma biar langsung gampang dapat kerja aja tanpa perlu kuliah bertahun-tahun. Niatkanlah kalau mau daftar polisi/tentara karena memang punya visi misi untuk menjaga keamanan dan ketertiban NKRI. Karena saya bukan tipe yang mau kerja terikat mengabdi ke negara di bidang keamanan dan pertahanan semacam itu, makanya saya gak minat daftar kepolisian.

Gajinya tidak seberapa dibanding risiko pekerjaan, mulai dari risiko kecil hingga nyawa. Kalau beruntung dapat jabatan strategis tertentu, tunjangannya sih Alhamdulillah lumayan, dan bisa punya tabungan lebih. Tapi itu hanya segelintir perwira menengah atau perwira tinggi saja yang bisa punya cukup tabungan dari tunjangan jabatan strategis pimpinan/managerial yang pernah mereka jabat. Toh, setelah punya cukup tabungan dari jabatan strategis, kadang beberapa dari perwira polisi tersebut inisiatif untuk modalin buka usaha keluarga juga untuk investasi hari tua. Biasanya ketika sudah tua, cukup tabungan, dan mendekati pensiun. Pengelolaannya pun bisa diserahkan pada anak/keluarganya sehingga bisa tetap berkarir di Kepolisian. Karena jujur saja, dapat jabatan bagus gak selamanya, dan kalau sudah tidak dapat jabatan strategis, penghasilan dari usahalah yang membantu dan malah sering lebih besar dari gaji polisinya. Begitu pula keluarga saya yang punya pemasukan dari usaha lain disamping penghasilan karir polisi, yang malah penghasilan dari usahanya jauh lebih tinggi dari penghasilan polisinya.

Selain soal gaji itu, mereka juga siap tidak libur ketika hari raya tiba, siap dinas jauh dari keluarganya, jatah cuti cuma 7 hari saja pertahun, gaji pokok polisi sekitar 1,5 juta - 5,6 juta perbulan tergantung golongan dan lama bekerja, dan masih banyak suka duka lainnya. Kalau fokus mau berpenghasilan besar sih, saran saya lebih nyaman berwirausaha. Yang penting usaha yang Halal, Etis dan Legal. InshaAllah berkah..


Rincian gaji pokok Polri terkini (bertambah seiring pangkat dan lama tahun bekerja serta peningkatan tahunan)
Tamtama: Rp1.565.200 - Rp2.819.500
Bintara: Rp2.003.300 - Rp3.839.800
Perwira Pertama: Rp2.604.400 - Rp4.551.700
Perwira Menengah : Rp2.856.400 - Rp4.992.000
Perwira Tinggi : Rp3.132.700 - Rp5.646.100

Rendah kan? kalau menanggung satu istri yang juga kerja dan dua anak mungkin masih bisa hidup berkecukupan lah. Karena itu, kalau bekerja anggaplah sebagai bentuk ibadah, jangan materi. Gak akan pernah merasa cukup dan puas..

Angka di atas baru gaji pokoknya. Belum termasuk tunjangan lauk pauk, tunjangan keluarga, dan tunjangan fungsional (yang biasanya cukup besar), jika memang di posisi jabatan struktural/fungsional/pimpinan, biasanya untuk beberapa jabatan tertentu saja.

Bisa juga ada rezeki lain di luar itu yang kita tidak tahu, asalkan bukan dari hasil yang tidak berkah.


Dengan gaji yang secukupnya, mereka tidak banyak demo menuntut kenaikan gaji. Sudah jelas bahwa saat mendaftar abdi negara itu mestinya sudah tau tugasnya adalah pelayanan publik. Kelebihannya, adalah karena punya penghasilan tetap bahkan sampai pensiun. Namun salah satu kekurangannya adalah, karena sudah pasti dan tetap, kadang ada oknum pegawai publik yang tidak terpacu peningkatan kinerjanya karena tidak ditarget banyak seperti layaknya karyawan swasta atau dunia usaha. Seharusnya walau gaji tetap tetap berikanlah kinerja terbaiknya. Lain halnya dengan wiraswasta yang punya pandangan tidak betah dengan zona nyaman yang sekedar mencari aman, gaji tetap dll tersebut. Wiraswasta tidak suka yang tetap, mereka suka membaca peluang, mungkin gagal itu biasa, bisa ekstrim gagal namun tidak sedikit juga ekstrim sukses besar.

Kembali lagi hidup bukan hanya soal nominal, namun soal tujuan hidup itu sendiri, mau menjadi pelayan publik, pekerja kantoran, tenaga kerja atau wirausaha kecil hingga besar atau apa pun kembali ke tujuan hidup kita ingin berkontribusi di bidang apa. Intinya, berapa pun upah atau gaji kita, syukuri. Jangan banyak demo atau nuntut bro, di luar sana ada lebih dari 480.000an Sarjana Indonesia yang nganggur! Serta 7.000.000 an pengangguran lain yang haus akan pekerjaan. Kalau mereka ber tujuh juta orang pengangguran gak gengsi, mungkin posisi tenaga kerja yang biasa diisi orang berpendidikan rendah pun bisa saja diisi sama sarjana, ketimbang nganggur?? Mending kerja apa pun selama itu halal?? Pemasukan tak seberapa dibanding ekspektasi latar pendidikan lebih baik dari pemasukan nol.

Jangan berpola pikir bahwa pendidikan untuk mencari uang. Pendidikan tidak menjamin penghasilan, namun itu merupakan kebutuhan untuk mengasah pola pikir dan kualitas diri. Kalau perlu, jadikan pendidikan sebagai hobi tanpa motivasi untuk uang/gaji besar. Pendidikan adalah syarat awalnya saja, kemudian kinerja, kepribadian, kemampuan membaca peluang dan soft skill orang itu sendiri yang menentukan pencapaian hidupnya.

Tautan berita:
Pengangguran di Indonesia 7,56 Juta jiwa

Kalau mau penghasilan tambahan, kreatiflah sambil berniaga. Banyak contoh pengusaha sukses sekarang yang dulunya mungkin dari modal nol sama sekali dan tak punya apa-apa, bukan anak orang kaya, ga ada warisan dll namun gak manja dan bisa berhasil. Yang pekerja karyawan sambil usaha sambilan pun bukan hal yang tidak mungkin lho, jaman sekarang peluang banyak, era digital dan teknologi sudah maju, banyak cara dapat uang dari modal gadget yang kita punya yang sehari-hari cuma kita pakai buat socmed-an gak produktif. Kalau pelajaran yang saya dapat dari berteman dengan beberapa pengusaha, Modal itu nomor sekian, yang utama adalah pola pikirnya untuk membaca peluang dan memulai, kalau cerdas akan ada saja peluang dan kesempatan. Intinya, kerja keras dan kerja cerdas. Kerja keras saja tidak cukup. Jangan lupa tambahkan doa.

"Sekecil apapun penghasilannya, akan cukup bila digunakan untuk hidup. Tapi sebanyak apapun penghasilannya tak akan pernah cukup untuk memenuhi gaya hidup" - Anonim

Pekerjaan bukan sekedar mengejar nominal penghasilan, tapi kecintaan dan passion di pekerjaan tersebut. Banyak orang yang pernah keluar dari pekerjaan dengan penghasilan yang tinggi di perusahaan bagus, karena memang tidak betah dan tidak mencintai pekerjaan itu. Jadi bekerjalah karena bidang itu passion/gairah mu. Jika kamu cinta pekerjaan itu, maka penghasilan seberapa pun kamu akan bersyukur. Dan bagi orang yang tidak bersyukur, sebesar apa pun penghasilannya tidak akan pernah merasa puas. Sudah banyak contoh orang yang seperti itu di sekitar kita.. Koruptor besar kan kebanyakan orang yang memang penghasilannya sudah sangat besar tapi gak pernah merasa cukup dan bersyukur. 




Kata kuncinya untuk menjadi polisi sekali lagi adalah pengabdian. Kalau ada yang mau beri komentar masalah polisi gendut, mohon renungkan kembali, apakah semua polisi seperti itu? Semua polisi gendut dulunya pasti pernah berpostur ideal ketika pendidikan, hingga faktor umur dan pola makan berbicara. 

Pernah lihat polisi lagi jaga di pinggir jalan yang penuh debu dan polusi dari kenalpot kendaraan kita dengan warna celananya yang telah memudar seperti celana pramuka? Sekali lagi mohon diingat bahwa kasus-kasus negatif yang menjadi hot topik media hanyalah oknum. Masih banyak polisi yang baik dan mereka masih bertahan menjalankan tugas dan patroli keamanan saat Anda-Anda sekalian termasuk saya tertidur pulas atau saat ketika kita sedang berlibur ke tempat keluarga saat lebaran tiba.  :)


Demikianlah kuliah singkat saya tentang kepangkatan dalam Kepolisian Republik Indonesia, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan teman-teman sekalian. Ataupun ada yang jadi berminat masuk polisi setelah membaca ini, Alhamdulillah... selama itu keinginan sendiri, cobalah.

Saya sendiri dari dulu sering dapat pertanyaan "Kenapa gak jadi polisi kayak ayahmu Kal?" Pertanyaan 'klasik' untuk anak polisi, yang tidak lelah telah sering saya jawab dan jelaskan kepada teman-teman yang bertanya. Saya tidak minat bukan karena jadi polisi itu tugasnya berat, harus siap ditaruh didaerah konflik dan terpencil manapun. Bukan karena gajinya kecil gak seberapa dibanding risiko dan bahayanya. Bukan karena itu, tapi saya memang gak punya keinginan dan minat jadi polisi. Aku punya mimpi yang lain yang lebih besar dan sulit dicapai, kawan. Dan pekerjaan yang dijalani bukan atas keinginan sendiri tentu tidak akan berjalan baik kedepannya, dan pekerjaan apapun itu jika kita menjalaninya dengan sepenuh hati, pasti lebih baik.



Dan saya tidak suka untuk selalu dikaitkan karena siapa orang tua saya, wah anak inilah, anak jenderal lah, anak itulah. Saya ya saya, dan saya ingin berhasil karena apa minat, cita-cita dan usaha saya sendiri. Orang tua tidak selamanya di dunia ini. Kalau sudah tiada, hanya diri kita sendiri lah yang bisa diandalkan, begitulah ajaran orang tua saya. Begitu pula kelak saya akan mendidik anak saya ketika sudah jadi orang tua nanti..

"Kamu adalah siapa kamu, bukan siapa orang tuamu" - Anonim


Ada pepatah mengatakan, "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya". Mungkin bukan dalam hal pilihan karir, tapi saya yakin kesamaan itu saya dapatkan dalam bentuk lain, yaitu didikan dan pelajaran hidup yang ayah saya berikan sampai saya bisa menulis seperti sekarang ini.


"Seorang Leader jangan hanya mampu berkata 'iya', namun juga harus berani mengatakan 'tidak' " - Amin Wibowo, M.B.A., Ph.D. ( Kepala Departemen Manajemen FEB UGM sekaligus dosen saya di kelas Strategic Management )





Namun polisi, meski saat tidak dibutuhkan mereka kadang tidak dihargai, namun saat diperlukan mereka selalu tetap siap untuk bekerja dan melindungi. Dan polisi kian waktu akan semakin memperbaiki diri, yang diharapkan diikuti oleh perbaikan masyarakat juga. Serta, selalu beri saran dan masukan untuk Polri maupun TNI agar lebih baik lagi kedepannya, semoga semakin berkurang oknum-oknum anggota yang berbuat tidak sepantasnya, kalau perlu sampai tidak ada lagi, amin. Dan kejahatan itu sendiri adalah produk dari masyarakat, mari menjadi tanggung jawab bersama dalam membuat keamanan di lingkungan kita.


"Beribu-ribu kinerja polisi tak akan indah di mata masyarakat, namun satu kesalahan polisi akan menjadi hinaan yang luar biasa" - Anonim


"Berdoa yang terbaik saja. Apa ada manusia yang sempurna? Yang suka mencela banyak" - Anonim


"Manusia itu, selalu melupakan hal baik, namun selalu mengingat-ingat hal buruk" - Anonim

"Orang bodoh tidak belajar dari kesalahan, orang biasa belajar dari kesalahan, orang yang luar biasa belajar dari kesalahan orang lain" - Anonim



Dan satu lagi mindset buruk beberapa orang Indonesia. Ketika ada anggota menjalankan tugasnya membantu masyarakat lalu tertangkap gambarnya ke jejaring sosial, ada saja orang yang menjudge “pencitraan”. Menjalankan tugas salah, berbuat buruk tambah salah. Sekarang bagaimana seharusnya? Solusinya? Kalau hanya menjudge/menghakimi, orang tidak berpendidikan juga bisa.. Itu yang membedakan orang yang bijak dan tidak. Tolong bedakan orang yang sifatnya memang baik, berbuat baik, dengan orang yang sifatnya buruk, tiba-tiba baik. Namun kita takkan pernah tau sifat asli seseorang kalau hanya menilai dari gambar yang bahkan bertemu langsung saja tidak pernah.


Judging a person doesn't define who they are. It defines who you are..” - Anonim

Menjudge orang lain tidak menjelaskan siapa mereka, justru menjelaskan siapa anda

*kecuali anda memang seorang judge/ hakim / juri atau seseorang yang berwenang memutuskan sesuatu terhadap perbuatan orang lain karena sudah tugasnya dan bisa dipertanggungjawabkan..



Yang baiknya adalah bersikap objektif. Jika memang jelas terlihat dan terbukti bahwa yang dilakukan oleh seseorang/oknum itu buruk, maka biarkan proses sanksi berjalan, Namun seburuk-buruknya saksi hukum, akan lebih menyiksa jika kita mendapat hukuman sanksi sosial dan dimiskinkan, sungguh itu lebih berefek jera.


Namun saya sadar, hidup akan selalu berdampingan sesuai skenario Tuhan. Ada contoh baik dan ada contoh buruk sebagai pembelajaran. Jangankan profesi polisi, Rasul sekalipun pernah dibenci banyak orang yang sampai ingin sekali membunuh-Nya. Dan contoh buruk oknum akan selalu menjadi evaluasi dan motivasi bagi polisi-polisi yang baik lainnya untuk tetap tulus bekerja demi menutupi citra buruk akibat oknum rekan sejawat mereka yang digeneralisir kepada semua Polisi lainnya.



Dan yang terakhir.. Polisi terbaik sekaligus ayah nomor satu di dunia bagi saya..

Seorang anak kelahiran 1962 dari keluarga petani dan pedagang kecil dari salah satu desa kecil di timur pulau Sumatera, yang kata orang-orang di lingkungan semasa mudanya meremehkan bahwa anak dari desa ngapain masuk polisi..

Seorang anak desa yang tidak ragu akan semua remehan tersebut dan terus mencoba.

Seorang anak tunggal di keluarganya yang mengejar cita-citanya untuk masuk AKABRI.

Seorang pemuda yang pada waktu itu menunggu dan berlatih selama dua tahun untuk bisa menembus ketatnya persaingan seleksi Perwira yang dicita-citakannya.

Seorang polisi dan seorang ayah yang kini selalu mendidik ketiga anaknya dengan disiplin, tegas, tidak mudah putus asa dan pesannya untuk selalu bekerja dengan doa.

Semoga sukses selalu dalam karir dan pekerjaan Pak..




"Percayalah, kesuksesan tak akan pernah mengkhianati proses" -anonim

"Bukan karena dia lebih beruntung, hanya saja kita yang tak tahu bagaimana perjuangannya" -anonim


"You Will Never Do That!" The five most motivating words in the world



"Jadi anggota polisi dimana pun memang akan selalu ada yang tidak suka, karena memang tugasnya adalah mengekang kebebasan masyarakat. Orang lagi balap liar dilarang, lagi asik narkoba, mabok, dan judi ditangkap, ketahuan melanggar ditilang dan lainnya. Jadi anggota polisi yang dicintai masyarakat itu sulit, tidak dibenci saja sudah Alhamdulillah." - Nasihat bapak

“Di dunia ini akan selalu ada orang yang tidak ingin hidup teratur dan tertata, demi keuntungan” - Drs. Edi Prasetyo Nugroho, M.B.A., ( Dosen saya di mata kuliah Organizational Development )


Harapan saya semoga masyarakat kita jadi masyarakat yang lebih cerdas, lebih bisa memberi solusi, saran/masukan ketimbang jadi masyarakat yang hanya bisa berkomentar buruk atau mencaci saja. Itu pun hanya beraninya sebatas di dunia maya/sosial media.

Memang benar kata peribahasa, "Tong kosong nyaring bunyinya.."


Kalau SDM Indonesia mau menyaingi negara maju di masa persaingan kerja dan ekonomi antar negara yang makin bebas dan sulit ini, dengan SDM yang masih seperti ini terus, menunggu kebiasaan masyarakat Indonesia tertib sampai kiamat sekali pun rasanya susah, kecuali mulai dari sekarang dan dari diri sendiri. 


Kualitas SDM Indonesia berdasar tingkat pendidikan, usia angkatan kerja (15 th ke atas)

Faktanya, sampai 2010:
sekitar 70% SDM Indonesia masih kurang terdidik, pendidikan SMP ke bawah (SMP, SD, tidak lulus SD).
Sekitar 30% SDM Indonesia sudah terdidik (SMA/SMK ke atas), dengan 23% lulusam SMA/SMK, dan hanya 7% yang pendidikannya Akademi/Sekolah Tinggi/Perguruan Tinggi (Diploma, S1-S3)

Dengan masih tingginya SDM yang kurang terdidik (70%an), bagaimana mau berdiskusi membahas fakta-fakta Indonesia (yang dianggap ketinggian oleh kurang terdidik), maka cukup susah membuka dan membangun mind set mereka. 7% yang perguruan tinggi itu pun tidak semuanya beruntung dapat pendidikan tinggi berkualitas dan belum tentu yang terbaik diantara terbaik karena masih adanya ketimpangan pendidikan, serta faktor individunya sendiri. Kemudian dari kurangnya kualitas pendidikan SDM ini berdampak ke masalah sosial lainnya seperti kualitas produktifitas rendah, kebodohan, pengangguran, kemiskinan, ketimpangan ekonomi, radikalisme dan masalah sosial ekonomi lainnya. Maka dari itu betapa pendidikan amat penting bagi kualitas SDM suatu negara.

"Permasalahan utama Indonesia adalah pada kesenjangan yang begitu besar, kesenjangan pendidikan, sosial, ekonomi dll."


Pada 2015:
10% orang terkaya Indonesia menguasai 77% kekayaan Nasional dan
1% orang terkaya Indonesia menguasai setengahnya lebih, sekitar 50,3% kekayaan nasional.

Ibarat ada 8 potongan pizza untuk 100 orang. Ada 1 orang yang dapat jatah 4 potong sendiri. 99 orang sisanya berbagi 4 potong pizza tersisa. Begitulah analogi ketimpangan ekonomi Indonesia


Si minoritas 1% terkaya dengan separuh lebih kekayaan nasional yang tadi, menjadi sangat mungkin untuk mengendalikan perekonomian 99% lainnya, yang menggantungkan hidupnya dari produk, jasa, bahkan lapangan kerja. Si 1% ini juga mungkin saja punya power mempengaruhi pemerintahan yang ada, jika pemerintahan itu sendiri mudah diintervensi.

Salah satu langkah pemerataan ekonomi yang terbaik adalah dengan mengimbau para orang Indonesia untuk lebih mengutamakan mengkonsumsi produk lokal atau UMKM, dengan begitu perputaran uang akan mulai merata berputar ke masyarakat menengah bawah. Tahan nafsu untuk membeli gengsi/merek/brand luar, boleh saja asal sewajarnya. Para orang kaya silakan saja belanja banyak, asal tidak lupa utamakan produk lokal dan UMKM, demi pemerataan dan kestabilan ekonomi Indonesia. Serta taat membayar pajak. Kalau semua patuh, taat dan mau menghargai serta meningkatkan kualitas produk dalam negeri, mungkin ketimpangan, kemiskinan dan lainnya tidak seburuk sekarang.


Salah satu cara mengatasi ketimpangan adalah dengan bersedekah. Belilah dagangan/jasa mereka, karena sesungguhnya mereka hanya menjaga diri dari meminta-minta dan mengemis.



cek di sini: 10% terkaya Indonesia


"Maka masalah utama perekonomian Indonesia ada pada ketimpangan / kesenjangan yang sangat besar." - Dosen 





back to topic:

Masyarakat kita memiliki hubungan yang kadang cinta, kadang benci dengan aparat keamanan seperti Polisi. Ada sisi dimana masyarakat menghormatinya, dan tidak sedikit yang berjuang mati-matian untuk menjadi Polisi. Namun ada kalanya oknum anggota membuat profesi ini dianggap sebelah mata. Memang kebanyakan Polisi yang baik justru tidak muncul langsung dihadapan masyarakat (dibalik layar) dan kebanyakan yang diexpose media justru kesalahan anggota yang tidak patut dicontoh. Saya juga berpendapat demikian, saya pernah melihat anggota yang tidak baik namun saya jauh lebih banyak mengenal polisi yang hebat dan baik ketimbang anggota yang nakal. Mungkin karena lingkungan keluarga saya yang sering bertemu mengamati orang di profesi ini.

Bahkan menurut saya, hampir di tiap profesi ada saja oknumnya. Hanya tinggal masalah seberapa jumlah anggotanya dan seberapa sering muncul di masyarakat berbanding lurus pula dengan kemungkinan rasio jumlah oknumnya. Seperti filosofi Tionghoa yang terkenal, Yin dan Yang, bahwa dalam hidup ini akan ada selalu aspek yang berlawanan, ada hitam dan putih dalam kaitannya dengan konsep keseimbangan. Di dalam putih masih ada sedikit hitam, dan di dalam hitam masih ada secercah putih. Ada hitam putih, ada pria wanita, ada atas bawah dll. Bisa diartikan ada hal yang baik dan ada pula hal yang buruk. Keduanya akan selalu ada berdampingan. Hanya saja tinggal kita ingin memilih menjadi "si baik" atau "si buruk", tergantung pilihan kita. Meskipun Tuhan memerintahkan kebaikan, tetap ada saja yang berbuat keburukan. Biasanya mereka orang yang bersifat serakah, tak bersyukur, duniawi, tak takut Tuhan dan tak takut (setelah) kematian.


catatan tambahan:

Jika teman-teman ingin mencari info, pertanyaan tentang SIPSS, SAG, karir atau yang lainnya, atau syarat dan spesifikasi calon pendaftar yang dibutuhkan silakan teman-teman mencari info di website resminya langsung atau browsing di dunia maya. Saya rasa di era digital sekarang ini tidak lagi sulit mencari informasi. Karena mohon maaf bahwa tidak semua pertanyaan yang masuk tentang persyaratan, karir, pendaftaran dll saya tahu jawabannya. Terlebih saya sendiri bukan polisi, bukan siswa polisi, tidak juga tertarik berkarir di kepolisian sama sekali. Info yang ada di postingan saya kali inipun adalah gabungan dari beberapa pengetahuan yang saya baca dan beberapa yang saya ketahui secara pengalaman mengamati dan meneliti. Maka dari itu, teman-teman sekalian bisa mencari tahu dengan mengunjungi website atau search tentang tes penerimaan yang berkaitan.



Baiklah, saya bantu seadanya..saya ingin hanya orang-orang berkarakter terbaik yang mendaftar POLRI supaya makin baik kedepannya, bukan orang-orang berkarakter buruk yang mendaftar..



"Saya serius ingin memperbaiki bangsa ini.., karena saya sadar mana mungkin bangsa lain yang mau memperbaiki bangsa ini kecuali warga bangsanya sendiri. Namun saya sadar saya tak mungkin sendiri. Harus ada 'kita' untuk perubahan perbaikan ini." 



Sebelumnya Terima kasih, dan semoga bermanfaat menambah pengetahuan teman-teman sekalian. Mohon maaf apabila banyak kekurangan dan terlalu banyak intermezzo pengetahuan lain di luar kepolisian..




Salam Hormat


Penulis (yang tak lebih baik dari kalian semua)



86 komentar:

Anonim mengatakan...

Lulusan SIPSS apa kpangkatannya pak?

Haikal Ahmadi mengatakan...

Mezi: lulusannya Inspektur Polisi Dua (IPDA), tapi setau saya karir sama kenaikan pangkatnya tidak secepat rata2 lulusan AKPOL, Kebanyakan SIPSS kerjanya di divisi yg sesuai jurusannya saat di Polri. Kalau mau jadi perwira tinggi masih harus sekolah perwira lainnya seperti PTIK, Sespim, dan Sespati, Begitu kurang lebihnya mas

Unknown mengatakan...

Lulusan SIPSS bisa jadi perwira tinggi tidak?

Haikal Ahmadi mengatakan...

@ Julian Maker : Sebenarnya tidak ada yg tidak mungkin, tapi utk jadi perwira tinggi, masih banyak sekolah dan perjuangan yg harus ditempuh. Misal, lulusan akpol harus sekolah PTIK untuk dpat gelar S.IK, lalu utk jadi perwira menegah harus lanjut SESPIM (Sekolah Perwira Menengah) lalu ada sekolah terakhir yaitu SESPATI (Sekolah Perwira Tinggi) yg syaratnya saja minimal sudah 2 tahun berpangkat kombespol, maks umur 53 th, dan kuota nya sangat sedikit. Persaingan sangat ketat, dan kuota bahkan tidak mencukupi untuk semua lulusan akpol bisa sekolah Sespati. Dan masih perlu kuliah formal seperti S1 sampai S2, karena itu jadi nilai tambah utk kenaikan pangkat

Greenleaf,, Falling Leaf mengatakan...

Tes

kang Haris mengatakan...

bila kita telah menyelesaikan S1 Umum (Disiplin Ilmu di luar lingkup Kepolisian), bila kita ingin berkarir di kepolisian baiknya melanjutkan ke lembaga pendidikan yang mana?

Haikal Ahmadi mengatakan...

@ kang Haris: Setahu saya untuk S1, pendidikan kepolisian yang dibuka ada SIPSS (Sekolah Inspektur Polisi Sumber Sarjana) , tapi hanya untuk bidang sarjana jurusan tertentu dan tidak banyak kuota yang diambil. Tes SIPSS juga tidak rutin diadakan

Unknown mengatakan...

Kang ada nggak jenderal bintang 4 tpi bukan kapolri

Unknown mengatakan...

Syarat jadi bintang 4 selain kapolri ada nggak atau jalanin misi atau apa

Haikal Ahmadi mengatakan...

@ Wanda Syaputra : setahu saya jenderal bintang empat itu syaratnya jadi kapolri dulu, tapi kalau blm pensiun udah nonaktifkan dari Kapolri seperti pak Sutarman, ga brarti turun jadi bintang 3 lagi. Kapolri harus diajukan oleh Presiden, lalu di bawa ke DPR utk fit and proper test. Presiden itu ibarat panglima jenderal bintang 5, soalnya semua jenderal bintang 4 harus brdasar pengajuan beliau.

Unknown mengatakan...

Bagus tulisanmu broo @haikalahmadi ,sebenernya saya sudah lama mau nulis kaya gini blog :) . Salam dari saya, putra dari bapak Irjen Pol Drs. Suhardi Alius,MH.

Unknown mengatakan...

bang haikal numpang tanya ya, tahun ini kan lagi ada nih pembukaan calon perwira via SIPSS. saya mau tau banyak dong bang tentang SIPSS. apa sebenarnya tugas perwira lulusan SIPSS nanti? apakah sama di bidangnya sperti misal bidang saya teknik perkapalan(kebetulan lagi buka) nanti juga pegang kapal polisi atau seperti apa?
dan juga apakah benar masuk polisi itu apapun sumbernya (akpol, SIPSS, SPN) semua pakai uang atau isttilahnya bayar? bukanyya tegas disitu tulisannya GRATIS gitu, mohon bimbingan abang dan Ayahanda abang juga untuk bekal ilmu saya sebelum mendaftar karena saya bingung mau tanya siapa, di keluarga tidak ada yang backgroundnya dari militer bang
makasih bang buat waktunya

Haikal Ahmadi mengatakan...

@ Hanri Ramdani : terimakasih bang, salam juga untuk keluarga, :)


@ Yasser Arrazi Untuk mas Yasser, SIPSS memang diperuntukan sebagai perwira/tenaga ahli dibidangnya untuk membantu tugas POLRI, karena itulah ketika buka pndaftaran hanya beberapa jurusan saja yg diperlukan. Misal kalau bidangnya S1 teknik perkapalan maka nantinya tidak jauh dibidang itu, mungkin saja berhubungan dengan Polair, polisi perairan, tapi tentu beda job desk perwira dengan bintara polair, saya kurang tau pasti. Tapi karir akan berkembang seiring waktu, mengikuti prestasi.

Mengenai tes masuk polisi sebnarnya adalah digratiskan Pemerintah. Masalah bayar itu adalah transaksi antara pihak yg tidak prcaya diri dan oknum orang dalam yg mncari keuntungan dgn menjanjikan kelolosan. Dengan membayar juga tidak menjamin pasti lolos, tapi nilai yg bagus dan orang yg kompeten tentu tak akan dilewatkan Polri, karena memang SDM yg bagus, suatu kerugian bagi POLRI jika tidak meluluskan SDM yg berkualitas. Oknum mengambil keuntungan dari situ, ketika memang kita lolos sah karena nilai yg baik, uang kita diambil dgn mengaku dia yg meloloskan kita. Ketika kita tidak lolos, oknum mengembalikan uang kita dgn alasan belum berhasil kali ini.

Ayah saya juga tidak pake bayar satu orang dalam pun dulu, benar2 lolos murni karena nilai yg baik. Jaman dulu, ayah saya yg hanya dari keluarga petani & pedagang, mana ada kenalan militer. tes prtama taun 1981 gagal, taun 1983 mencoba tes lagi dan akhirnya lolos alhmdulillah. Kalau ada kemauan pasti ada jalan, Inshaa Allah mas

Unknown mengatakan...

@Mas Haikal

Thanks atas Postingannya,Saya termotivasi untuk meraih Cita-Cita.

Mencoba terlebih dulu, Gagal jadi pengalaman, dan kegagalan hanya tikungan bukan jalan buntu dan coba kembali.

Optimis bisa,.,.,.,.,.,

Sukses kita yang tentukan, Sukses didepan Mata.

Goodluck,...

ari kaw46 mengatakan...

jika lulusan brigadir/bintara ingin menjadi perwira apa syaratnya? perkiraan brp tahun utk bisa menjadi perwira? mohon penjelasannya

Haikal Ahmadi mengatakan...

@ Mahruddin Maha
Terimakasih juga sudah mampir membaca, semoga bisa memotivasi dan diambil pelajaran serta sisi positifnya untuk meraih cita-cita, apapun itu :)

@ ari kaw46
Untuk Bintara yang mau naik jadi perwira ada SAG (Sekolah Alih Golongan) Perwira di Setukpa Sukabumi untuk Bintara senior (Aipda/Aiptu) agar naik ke Ipda, dan pendidikannya tidak sampai bertahun-tahun, hanya beberapa bulan saja. Untuk rincian persyaratannya saya kurang tau pasti mas, mungkin nanti bisa di coba browsing tentang SAG Perwira atau SIP (Sekolah Inspektur Polisi)

Unknown mengatakan...

apakah benar mas kalau bintara udah 2 tahun masa kerja, bisa daftar akpol? makasih sebelumya mas

Haikal Ahmadi mengatakan...

@ Ardi Ncah: saya pernah baca,kalau dulu memang ada kesempatan bagi bintara yang telah 2 tahun masa kerja untuk tes seleksi akpol, namun kesempatan itu hanya untuk lulusan-lulusan bintara terbaik dari setiap SPN (Sekolah Polisi Negara) sekitar untuk 10-20 ranking tertinggi lulusan di SPN nya dulu. Tapi untuk tahun-tahun sekarang saya juga tidak tahu apa masih ada peraturan seperti itu atau tidak, begitu mas

Unknown mengatakan...

mas ada ga yg lulusan sipss/spss yg bs meraih jenjang perwira tinggi, klo ada siapa contohnya

Haikal Ahmadi mengatakan...

@ Mede Nugroho
Seingat saya pernah membaca, ada profil lulusan SIPSS yg meraih bintang 1 brigjen, mungkin masih ada yg lain tapi sangat sedikit sekali lulusan SIPSS yg bisa sampai bintang. Mayoritas yang mencapai Pati (perwira tinggi) tetap dari lulusan Akpol, karena memang prbedaan pendidikannya, dari akademi yg khusus mendidik pemimpin polisi

Uray Fachriansyah mengatakan...

ayahnya siapa namanya mas..kali aja kenal ama atasan saya..Brigjen Pol Dr. R. Sigid Tri Hardjanto (Karo di Divkum Polri) saya sendiri adalah Spri nya..he.he.

Unknown mengatakan...

bang .. kalau dari tamtama menjadi brigadir apa mesti sekolah/kul biar cepat naik pangkat ?
ga mesti sampe abripda/abripka ?
mksudqx kayak udh bharaka lansung ke brigadir ?
apalagi kuota tamtama brimob dan polair sampai skrg kuotax sangat sdkit .
utk senior dari tamtama yg prnah aq liat bharatu .

apa gak adil yah ?

Unknown mengatakan...

mesti operasi mata dulu baru bisa nyoba sipss zzzzzzz -_-

Unknown mengatakan...

Yang dimksd dengan tulisan diblkng nama seseorg spt Wtd,Nnzz,Dssd..itu apa ya..mhn penjelasannya..makasih

Unknown mengatakan...

Selamat malam
Saya mau bertanya tentang SIPSS
dari jalur pendidikan dokter
Pangkat tertingginya apa ?
Di prioritaskan di mana ?
Dan apakah ada lulusan sipss menjadi kapolda ?
Terima kasih

Unknown mengatakan...

malam pak saya ingin mendaftar sipss selepas sarjana nanti tpi yang saya mau tanyakan penerimaan sipss untuk sarjana kesehatan masyarakat peminatan promosi kesehatan ada nggak pak

Unknown mengatakan...

Mas, mau tanya , kalau untuk S1 farmasi, pangkatnya apa ya jika masuk SIPSS?? Dan untuk kedepannya kerja di bidang apa? Apakah forensik?

Unknown mengatakan...

Assalamuallaikum abang haikal ahmadi. Terimakasih atas tulisannya d atas, sangat bagus dn informasi yg benar" berguna. Saya ingin bertanya apa kah jika ingin mengikuti SAG harus dari Tingkatan aiptu? apa kah tidak bisa dari tingkatan yg lbih rendah seperti briptu atau dari brigadir yg sdah memiliki Gelar S1 (disiplin ilmu umum). dan jika memang gelar Sarjana bisa mempercepat kenaikan pangkat/ jabatan. sebaik mengambil S1 jurusan apa? Maaf banyak bertanya bang haikal. Salam Dari Kalteng

Unknown mengatakan...

Kalau dari tamtama ingin naik pangkat menjadi brigadir bagaimana pak???

ds 35-3 mengatakan...

Asalamualikum bg sya Setuju dengan sdr sabrina .alangkah. baiknya anggota yang mempunyai s1 diperhatikan.walaupun tidak dinaikan pangkatnya tapi setidaknya setingkat lebih tinggi jabatannya dengan yang tdk punya s1 .dengan demikian setiap anggota berupaya untuk mengejar s1 jadi ada motovasi.

Tari Mutia mengatakan...

jurusan hukum juga bisa tesst SIPSS kn ..
pendidikan SIPSS berapa bulan ?

Unknown mengatakan...

Alow Mas Haikal Ahmadi. Terima kasih telah berbagi cerita tentang polisi. Saya suka dengan gaya penulisan Mas Haikal. Saya setuju dengan pendapat mas Haikal terkait polisi. Saya yakin polisi adalah kepunyaan masyarakat dan negara. Negara dengan pemerintahannya ada dengan seijin Tuhan. Jika Tuhan mengkhendaki ingin rasanya mengabdi bagi negara.

Hi mengatakan...

Kang mau tanya, kl lulusan S1 ikut test bintara nanti kenaikan pangkatnya msg2 brp thn ya? Trmksh

Unknown mengatakan...

Awesome post!
Semoga yang baca bisa memahami dan mengerti apa itu POLRI.

Unknown mengatakan...

Pak mau tanya
Polri membuka kembali Jalur tamtama untuk Brimob, jika dilihar dari sudut pandang Korps Brimob, adalah pasukan yang memiliki struktur dan fungsi sebagai Paramiliter, sehingga Tamtama wajib dimiliki oleh Korps Brimob, namun Polair, apakah Polair juga memiliki fungsi dan struktur Paramiliter yang sama, sehingga Tamtama juga dapat ditempatkan di Polair?

raden Deny Elang mengatakan...


PAK MAU TANYA, POLRI KAN SUDAH SIPIL ( SIPIL BERSENJATA ) DAN JIKA SALAH MASUK PERADILAN UMUM (DISATUKAN DENGAN NAPI LAIN DIDALAMNYA)..PERTANYAANNYA, BISAKAH DI POLRI JENJANG PANGKAT / GOLONGANNYA SAMA / MENGADOPSI SEPERTI PNS LAINNYA BAIK DILINGKUNGAN KEHAKIMAN, JAKSA, GURU, DOSEN, DLL.. ( STRUKTURAL, FUNGSIONAL, DLL).. CONTOH..
1.SAUDARA SAYA MENJADI GURU SD DENGAN GOLONGAN IV A DAN SUDAH S2 SEDANGKAN KEPALA SEKOLAHNYA III D LULUSAN S1..YANG MEMBEDAKANNYA KARENA DIA LULUS TES SELEKSI KEPALA SEKOLAH MAKA DIA MENJABAT KEPALA
SEKOLAH ( GAJINYA LEBIH BESAR SEHUBUNGAN ADA TUNJAB/TUN.FUNGSIONAL).
2. DI KANTOR KEJAKSAAN ADA SEORANG KASUBAG JUGA GOLONGANNYA SAMA DENGAN KEPALA KEJARI YANG MEMBEDAKANNYA DIA LULUS SELEKSI KEPALA KEJARI OTOMOTIS PENGHASILANNYA/GAJINYA BERBEDA WALAU GOLONGANNYA LEBIH RENDAH DARI YANG KASUBAG
3. MASIH DIKANTOR KEJAKSAAN, ADA SEORANG KEPALA TU/STAF DIPIDUM GOLONGANNYA LEBIH TINGGI DARI SEORANG KASIE, YANG MEMBEDAKANNYA KASI PIDUM/KASI DATUN ADALAH JAKSA YA LOLOS SELEKSI PENUNTUT UMUM / ALIAS PUNYA KEWENANGAN MENUNTUT/MENDAKWA. OTOMATIS WALAUPUN GOLONGANNYA LEBIH RENDAH NAMUN KARENA LULUS SELEKSI PENUNTUT UMUM DAN MENJABAT KASI PIDUM/KASI LAINNYA MAKA GAJI DAN PENGHASILANNYA LEBIH TINGGI.
4. DI DINKES /PUSKESMAS ADA SEORANG PERAWAT LULUSAN S1 MAKA MASUK GOLONGAN III DAN ADA PERAWAT LULUSAN D3 MASUK GOLONGAN II.
5. ASUMSINYA BISA SAJA SEORANG KAPOLSEK GOLONGANNYA LEBIH TINGGI DARI KAPOLRES SEHUBUNGAN MASA DINAS LAMA DAN PENDIDIKAN SEKOLAH UMUMNYA LEBIH TINGGI DARI KAPOLRES ( KAPOLSEK LULUSAN S3 DAN KAPOLRES S1).KALAU PANGKAT MEMANG TINGGI KAPOLRES SEHUBUNGAN BEDA PENDIDIKAN POLISINYA DAN LULUS SELEKSI KAPOLRES. MASALAH GAJI PASTI LEBIH TINGGI KAPOLRES SEHUBUNGAN ADA TUNJANAGAN JABATAN, KINERJA,
6. MAKSUDNYA AGAR ANGGOTA YANG PANGKAT TAMTAMA DAN BINTARA YANG SEKOLAH UMUM ( S1, S2,dll ) BIAYA SENDIRI BISA DIAKOMODIR SEPERTI PNS LAINNYA. HAL . MENURUT HEMAT KAMI APABILA JENJANG KENAIKAN GOLONGAN SAMA DENGAN PNS LAINNYA MAKA AKAN MENINGKATKAN KEHARMONISAN, KEKOMPAKAN DAN SALING MENGHORMATI AKAN LEBIH TINGGI. MASALAH KONSEP INI TENTUNYA HARUS DIBUAT PAYUNG HUKUM DAN DIBICARAKAN DENGAN SEKSAMA.

Unknown mengatakan...

mas saya mau berkonsultasi..boleh minta alamat emailnya ?

Unknown mengatakan...

Anaknya beliau cantik2 mas, yg pertama namanya melisa, yg kedua melinda.. TOP BGT

Unknown mengatakan...

Kurang 1 mas.. Lemhannas. Ayah saya thn 2007 tes sespati tidak lulus, Puji Tuhan 2008 Test Lemhannas Lulus. Skrg Bintang sdh lama di pundak.

Unknown mengatakan...

sy niat skali mau masukin anak kepolisi tp jadi takut setelah di katakan oleh orang2 harus menyiapkan dana ( Yaa Allah buat makan aja susah)... jd niat sy agag mengendor nih kasian klo bener anak sy jika sudah ikut test gagal karena hal tersebut>>> apa bener bang itu semua?????

Yuzen Muhamad Maruf mengatakan...

Mas sya mau nanya mengenai SIPSS
Klo dari bidang pendidikan pelayaran.,untuk ahli nautika tingkat III yg lulusan pendidikan dari BP3IP Jakarta bisa ga masuk SIPSS
Dan untuk selesai SIPSS itu supaya bisa menjadi posisi yg cukup tinggi seperti melati n bintang itu sya harus ngambil sekolah atau pendidikan apa lagi mas
Trimakasih.

Unknown mengatakan...

Terima kasih informasinya, salam dari kami : http://udaconglee.blogspot.co.id/2015/08/layanan-jasa-cetak-spanduk-outdoor.html

Steven mengatakan...

Mas mau tanya, dengan jabatan Perwira itu biasanya membawahi bagian apa sih? Misalnya Bareskrim, apa di dalam Bareskrim tersebut ada IPTA, IPDU sendiri?

Sebenarnya Polisi Indonesia itu hebat-hebat lho, hanya sayang benar kata mas Haikal, kurang diekspos media, dan yang diekspos itu hanya yang jelek2nya aja.. kasihan juga sih sebenarnya..

Sebenarnya kita bisa aja menaikan pamor polisi seandainya dunia film mau membuat cerita yang bertemakan polisi seperti di film2 US, yang kebanyakan dari kita pasti lebih sering liat film bertemakan FBI,CIA dll dan gw yakin kita lebih tahu pekerjaan mereka dibanding polisi kita sendiri..

Husain Ritonga mengatakan...

haaah.... kelar juga bacanya, panjang banget
wah... mantap sekali blognya mas, berbobot isinya, memberikan perspektif yang 'agak' berbeda dari apa yang selama ini ditampilkan di media-media
Overall, mantap brooo tulisannya!!!

Unknown mengatakan...

super sekali !!!

Unknown mengatakan...

minta doa nya teman teman semoga saya bisa lulus menjadi seorang polisi di tahun ini aminnn....

Unknown mengatakan...

Assalamu alaikum wrwb
alhamdullilah, tulisan mas bagus sekali, bisa menjadi salah satu sumber informasi bagi kami orang awam. karena dahulu tidak mudah untuk mendapat informasi yang seperti ini, sehingga kabar yang banyak didengar oleh masyarakat pedesaan seperti saya waktu itu bila ingin jadi polisi atau ABRI harus punya sekian juta rupiah...tetapi alhamdulillah kini kami juga jadi PNS di salahsatu perguruan Tinggi terkenal di Jawa Timur tanpa harus bayar sama sekali. Alhammdullillah. Tulisan Mas bisa menambah citra baik kepolisian di mata masyarakat, semoga sukses, aminnn. Wassalam

Unknown mengatakan...

Ternyta pak Toyo menjadi Kapolri sekarang persis seperti dugaan agan :)

Unknown mengatakan...

Sekedar membantu menjawab ya mbk,dalam pendaftaran penerimaan polri baik akpol,bintara ataupun sipss itu masing2 ada batas toleransi visus mata yang diperbolehkan kalau tdk salah batasnya krng dari minus 2 jdi klo msh visus matanya minus 1 masih bsa mendaftar mbk..itu yang saya ketahui..

Unknown mengatakan...

Sekedar membantu menjawab ya mbk,biasanya kalau ada polisi yang dibelakangnya dikasih nma sprti NtD,TFTt dsb itu artinya dia llusan sekolah kepolisian dari suatu angkatan..cntoh spti NtD itu artinya Angkatan tiga dua yamg artix dia llusan sekolah kepolisian dari angkatan tiga dua bgtupun jg dng yang lainx..biasax yang menyingkat angkatan spt itu adalah llusan sekolah brigadir polisi mbk bkn dr akpol maupun sipss..mohon maaf kalau ada yang salah

Unknown mengatakan...

Sekedar membantu ya mas,biasanya kalau dokter itu mendaftar sipss outputnya itu langsung IPDA atau inspektur Dua karena dokter jenjang pendidikannya S1 tapi kalau yang sdh spesialis atu S2 outputnya langsung IPTU atau Inspektur polisi satu yang mana satu tingkat lebih tinggi dari IPDA.dan biasanya kalau lulus ditempatkan pada RS.Bhayangkara sesuai dng kebutuhan bisa jga di tempatkan dibagian forensik dan biddokkes..tergantung dengan kebutuhan yang ada mas...mohon maaf kalau ada yang salah

Unknown mengatakan...

Untuk lulusan S1 Farmasi itu lulusanya langsung pangkat IPDA mas dan penempatannta biasanya di RS. BHAYANGKARA ataupun di biddokes...kalau untuk forensik biasanya dari dokter umum maupun spesialis

Unknown mengatakan...

Dan kalau llusan sipss itu biasanya sangat jarang jadi kapolda mas krna kapolda itu hanya jabatan yang berasal dari AKPOL kalaupun llusan sipss itu sdh mencapai jenderal paling tinggi jabatannya hanya menjabat sebagai kepala pada bidang tertentu dari kepolisian..contohnya kalau lulusan sipss sarjana s1 kedokteran kalau sdh pangkat jenderal dia akan menjabat sebagai karumkit RS.bhayangkara pusat..dan karirnya jg sdh tdk bs naik lagi

Unknown mengatakan...

Sekedar membantu menjawab ya mbak..biasa nya kalau SAG itu bisa jga dari pangkat paling dasar yaitu brigadir polisi kepala atau bripka karna dilihat dari masa tugasnya yang minim mencapai 10thn jadi tidak harus aipda ataupun aiptu dan untuk sarjana tidak berpengaruh pada mempercepat kenaikan pangkat karna yang diutamakan tetap pada kompetensinya dan juga dilihat dari lulus tidak tes untuk sekolah SAG kalaupun mau kuliah untuk menambah pengetahuan dalam bertugas sebaik mengambil jurusan hukum,managemen dsb.krna nantix akan menunjang pekerjaan dilapangan ..sekian mohon maaf kalau ada yang salah

Unknown mengatakan...

Bapak saat ini penerimaan polri sesuai pendidikan murni tanpa memakai biaya apapun dan semuanya sudah ditanggung negara..jdi kalaupun ada yang bilang harus menggunakan biaya kalau mau daftar polri itu hanya oknum polisi yang mengambil keuntungan dalam kesempatan dan hal itu bisa ditindak tegas maupun dilaporkan untuk ditindak tegas ats permainan uang spt itu bhkan oknum tersebut bisa diberikan sanksi pemecatan sesuai dng tingkat kesalahannya jdi bapak tidak usah khwatir bhwa mendaftar polri butuh biaya yang banyak..saat ini penerimaan polri sudah akuntabel,transparansi yang penerimaannya diawasi oleh lembaga2 hukum maupun masyarakat yang ada

Unknown mengatakan...

Iya bisa mas tergantunf dari usia juga untuk mendaftar karna pendaftaran SIPSS itu ada batas usia.kalaupun mau dapat pangkat yang lebih tinggi seperti kompol bhkan smpai brigjen hrs melalui sekolah seperti kalau dri pangkat akp menuju kompol harus mengikut sekolah setukpa,kemudian sespimma,sespimmen dan terakhir sespimti atau sespati tapi masing2 pendidikan itu ada syarat yang harus dipenuhi untuk bsa mengikuti pendidikannya..

Ella Matakoin mengatakan...

Banyak sekali yang tersesat kesini ya mas" mungkin bisa ditambahkan Pangkat polisi indonesia dengan daftar urutan pangkat polisi dari terendah sampai tertinggi disertai dengan lambang pangkat polisi dan sejarah pangkat dari blog http://www.pangkat.kepolisian.com/2016/06/pangkat-polisi-indonesia.html

Unknown mengatakan...

mas mau nanya kalo saya lulusan bintara mau naik pangkat ke perwira itu harus kuliah dimana ya dan jurusan nya apa aja

Unknown mengatakan...

Lulus SIPSS itu pangkatnya IPDA lama pendidikan hanya 6 bulan. Karena usianya sdh cukup matang yakni 23 thn

Unknown mengatakan...

Nasib baik bisa. Kalo gag ya mentok di akbp syukur2 di kombes

Unknown mengatakan...

Kalau anda telah S1 umum mending tunggu masuk SIPSS saja atau kalo ada penerimaan akpol dari sarjana bisa anda masuk biar sarjana S1 anda itu ada manfaatnya. Tapi kalo mmg tdk ada penerimaan saat itu untuk sarjana, alangkah baiknya anda tes jaksa atau hakim kalo disiplin ilmu ada hukum. Kalo disiplin lain masuk PNs aja karena karier Anda jelas. Apalagi kalo sdh S2 Tapi jgn coba coba anda masuk bintara polri dengan ijazah S1 karena nanti ijazah S1 anda yang didapatkan dengan susah payah itu tdk berguna apa apa karena tdk berpengaruh sama sekali pada karier maupun kepangkatan anda. Artinya sungguh sangat menyesal kalo anda masuk bintara polri pakai ijasah S1.

Unknown mengatakan...

Tdk ada. Di polri bintang 4 hanya 1 yakni kapolri.

Unknown mengatakan...

Ada, contohnya wakil ketua KPK ibu Brigjen Basaria Panjaitan beliau dari PPSS yang dulunya SEPA.

Unknown mengatakan...

Benar hangat. Tapi di polisi gag ada itu. Semua sama aja. Makanya setelah dilantiknya pak Tito sebagai Kapolri yg baru diharapkan beliau dapat merubah citra dan karier polisi

Unknown mengatakan...

Nice info...

Unknown mengatakan...

Bg,seandainya kan saya s1 ni jurusan hukum pidana gmana klau sya masuk lwt sipss apa pangkat sya seandainya jebol,dan berapa thun kenaikan pangkatnya apakah kenaikan pangkat sipss,akpol,bintara,dan tamtama sama bg

Unknown mengatakan...

Bg izin tanya. Tamatan dari smk jurusan perkantoran apakah bisa masuk AKPOL

David mengatakan...

Bravo

Unknown mengatakan...

Haikal ahmadi luar biasa tulisan kupas tuntas tentang polri ini.yg lebih luar biasa adalah tebakan Anda utk Jend.pol.tito Karnavian yg mjd Kapolri saat ini.luar biasa Anda.salam kenal

Unknown mengatakan...

artikel yang sangat bermanfaat.... klw bisa trus aktif bro karna pasti bnyak orang yg bertanya ttng kepolisian di blog ini..

FA NEWS mengatakan...

Maaf mas, saya mau nanya tentang sipss, untuk sipss itu batas usia kita mendaftar itu berapa ya mas..?

Merdeka mengatakan...

ini blog keren, dan jangan lupa update terus ya mas

Unknown mengatakan...

Malam kawan. Ini kalau lu bikin bukunya bagus banget, karya kawan sendiri. Gw dukung lu kawan

Unknown mengatakan...

You are who you are, not your parents. - Leslie Burke from Bridge to Terabithia (2007)

Fikri mengatakan...

Kalo tingginya 166 cm bisa gak masuk SIPSS? Kalo syarat minimumnya sih 160 cm, tapi apakah bisa didepak sama yg lebih tinggi???-___-

Unknown mengatakan...

Kalo masuk di bintara khusus penyidik bagaimana mas. Apa izasah s1 itu gak ada gunanya

Unknown mengatakan...

Mas saya mau tanya. Setelah lulus pendidikam bintara dgn pangkat Bripda butuh brp lama untuk bisa ikut pendidikan dan bisa naik pangkat briptu? Setiap mau naik pangkat itu butuh waktu brp lama sh?

Unknown mengatakan...

Mas saya mau tanya. Setelah lulus pendidikam bintara dgn pangkat Bripda butuh brp lama untuk bisa ikut pendidikan dan bisa naik pangkat briptu? Setiap mau naik pangkat itu butuh waktu brp lama sh?

Anonim mengatakan...

Dan terbukti beliau jadi kapolriπŸ˜‚πŸ‘

Unknown mengatakan...

Postingannya keren bang. Ternyata ayah anda 1 letting dengan Jenderal Tito.

Polisi Yutub mengatakan...

Blognya bagus mas, lengkap sekali..
untuk lebih jelas soal perbedaan sekolah kepolisian yang ada dan golongan pangkat lulusannya, saya buat video yang mungkin bisa membantu:

Jenis Penerimaan Polri

Unknown mengatakan...

keren...tp mata saya udah 5 watt.
Lanjut besok lagi πŸ˜€

Tora mengatakan...

Bintang itu di polri hanya ada 1 yakni kepala kepolisian negara. Tetapi sekarang untuk bintang 1 selain kapolri ada juga kepala BNN yang dijabat bapak Budi gunawan.

Tora mengatakan...

Kalo 2015,2016 bintara yng masa dinas briptu 2 tahun, dan sudah sarjana S1 serta blm nikah bisa ikut seleksi taruna akpol. Tetapi sekarang aturan itu sdh tdk ada lagi. Alias tidak baku. Aturan di tubuh polri itu tdk pernah baku atau tetap. Jadi jika anggota yg bernasib baik pada saat aturan itu berlaku yah syukur alhamdulilah tetapi anggota yg nasibnya apes pes pes pess yah mau apa lagi.nikmati saja alias alhamdulikah. Sekalipun anggota itu sdh bergelar doktor bahkan profesor sekalipun dipolri tdk diperhitungkan utk kariernya jika dia msh bintara. Paling naik pangkatnya saja yg dihargain dgn mempercepatnya 1 tahun itu pun baru batu ini aja aturannya dibuat.

Unknown mengatakan...

Jend. BG itu BIN, mas bukan BNN

Mualana mengatakan...

Baru 50% Bacanya mas, tapi seru tulisannya sangat bermanfaat

Pembaca di tahun 2022 πŸ˜„

Posting Komentar